FILSAFAT ILMU
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat IlmuI, yang disusun oleh Ismaun (2001)
1. Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendapat-pendapat lampau telah dibuktikan atau dalam kerangka kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.
2. Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)
3. A.Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)
4. Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)
5. May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.
6. Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error. (Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan
7. Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”. (Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
1. Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
2. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
3. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)
B. Fungsi Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi (1989)
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu : sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
C. Substansi Filsafat Ilmu
Telaah tentang substansi Filsafat Ilmu, Ismaun (2001) memaparkannya dalam empat bagian, yaitu substansi yang berkenaan dengan: (1) fakta atau kenyataan, (2) kebenaran (truth), (3) konfirmasi dan (4) logika inferensi
1. Fakta atau kenyataan
Fakta atau kenyataan memiliki pengertian yang beragam, bergantung dari sudut pandang filosofis yang melandasinya.
• Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.
• Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan sistem nilai.
• Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi antara empirik dengan skema rasional, dan
• Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi antara empiri dengan obyektif.
• Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1996) memberikan penjelasan tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomen atau bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmiah membentuk suatu deskripsi ilmiah.
2. Kebenaran (truth)
Sesungguhnya, terdapat berbagai teori tentang rumusan kebenaran. Namun secara tradisional, kita mengenal 3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun S. Suriasumantri, 1982). Sementara, Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu : kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi. Bahkan, Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran paradigmatik. (Ismaun; 2001)
a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai. Koherensi ini bisa pada tatanan sensual rasional mau pun pada dataran transendental.
b. Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
c. Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik, maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual. Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
d. Kebenaran pragmatik
Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.
e. Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar. Dalam logika Aristoteles, proposisi benar adalah bila sesuai dengan persyaratan formal suatu proposisi. Pendapat lain yaitu dari Euclides, bahwa proposisi benar tidak dilihat dari benar formalnya, melainkan dilihat dari benar materialnya.
f. Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
3. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik. Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi, postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif, ataupun reflektif.
4. Logika inferensi
Logika inferensi yang berpengaruh lama sampai perempat akhir abad XX adalah logika matematika, yang menguasai positivisme. Positivistik menampilkan kebenaran korespondensi antara fakta. Fenomenologi Russel menampilkan korespondensi antara yang dipercaya dengan fakta. Belief pada Russel memang memuat moral, tapi masih bersifat spesifik, belum ada skema moral yang jelas, tidak general sehingga inferensi penelitian berupa kesimpulan kasus atau kesimpulan ideografik.
Post-positivistik dan rasionalistik menampilkan kebenaran koheren antara rasional, koheren antara fakta dengan skema rasio, Fenomena Bogdan dan Guba menampilkan kebenaran koherensi antara fakta dengan skema moral. Realisme metafisik Popper menampilkan kebenaran struktural paradigmatik rasional universal dan Noeng Muhadjir mengenalkan realisme metafisik dengan menampilkan kebenaranan struktural paradigmatik moral transensden. (Ismaun,200:9)
Di lain pihak, Jujun Suriasumantri (1982:46-49) menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika induksi dan logika deduksi.
D. Corak dan Ragam Filsafat Ilmu
Ismaun (2001:1) mengungkapkan beberapa corak ragam filsafat ilmu, diantaranya:
1. Filsafat ilmu-ilmu sosial yang berkembang dalam tiga ragam, yaitu : (1) meta ideologi, (2) meta fisik dan (3) metodologi disiplin ilmu.
2. Filsafat teknologi yang bergeser dari C-E (conditions-Ends) menjadi means. Teknologi bukan lagi dilihat sebagai ends, melainkan sebagai kepanjangan ide manusia.
3. Filsafat seni/estetika mutakhir menempatkan produk seni atau keindahan sebagai salah satu tri-partit, yakni kebudayaan, produk domain kognitif dan produk alasan praktis.
Produk domain kognitif murni tampil memenuhi kriteria: nyata, benar, dan logis. Bila etik dimasukkan, maka perlu ditambah koheren dengan moral. Produk alasan praktis tampil memenuhi kriteria oprasional, efisien dan produktif. Bila etik dimasukkan perlu ditambah human.manusiawi, tidak mengeksploitasi orang lain, atau lebih diekstensikan lagi menjadi tidak merusak lingkungan.
LANDASAN PENDIDIKAN
PENDAHULUANPendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instinknya, sedangkan manusia belajar berarti merupakan rangkaian kegiatan menuju pendewasaan guna menuju kehidupan yang lebih berarti. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka akan mendidik anak-anaknya, begitu juga di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa diajar oleh guru dan dosen.
Pandangan klasik tentang pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat menjalankan tiga fungi sekaligus. Pertama, mempersiapkan generasi muda untuk untuk memegang peranan-peranan tertentu pada masa mendatang. Kedua, mentransfer pengetahuan, sesuai dengan peranan yang diharapkan. Ketiga, mentransfer nilai-nilai dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi kelangsungan hidup masyarakat dan peradaban. Butir kedua dan ketiga di atas memberikan pengerian bahwa pandidikan bukan hanya transfer of knowledge tetapi juga transfer of value. Dengan demikian pendidikan dapat menjadi helper bagi umat manusia.
Landasan Pendidikan marupakan salah satu kajian yang dikembangkan dalam berkaitannya dengan dunia pendidikan. Pada makalah ini berusaha memuat tentang : landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . 1. Landasan HukumKata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak.Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati. Aturan baku yang sudah disahkan oleh pemerintah ini , bila dilanggar akan mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku pula. Landasan hukum dapat diartikan peraturan baku sebagai tempat terpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu, dalam hal ini kegiatan pendidikan.a. Pendidikan menurut Undang-Undang 1945Undang – Undang Dasar 1945 adalah merupakan hokum tertinggi di Indonesia.Pasal – pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam Undang – Undang Dasar 1945 hanya 2 pasal, yaitu pasal 31 dan Pasal 32. Yang satu menceritakan tentang pendidikan dan yang satu menceritakan tentang kebudayaan. Pasal 31 Ayat 1 berbunyi : Tiap – tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran. Dan ayat 2 pasal ini berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajar Pasal 32 pada Undang – Undang Dasar berbunyi : Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia.an nasional, yang diatur dengan Undang – Undang.b. Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan NasionalTidak semua pasal akan dibahas dalam buku ini. Yang dibahas adalah pasal – pasal penting terutama yang membutuhkan penjelasan lebih mendalam serta sebagai acuan untuk mengembangkan pendidikan. Pertama – tama adalah Pasal 1 Ayat 2 dan Ayat 7. Ayat 2 berbunyi sebagai berikut : Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 45. Undang – undang ini mengharuskan pendidikan berakar pada kebudayaan nasional yang berdasarkan pada pancasila dan Undang – Undang dasar 1945, yang selanjutnya disebut kebudayaan Indonesia saja. Ini berarti teori – teori pendidikan dan praktek – praktek pendidikan yang diterapkan di Indonesia, tidak boleh tidak haruslah berakar pada kebudayaan Indonesia.“Selanjutnya Pasal 1 Ayat 7 berbunyi : Tenaga Pendidik adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga kependidikan adalah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedang yang dimaksud dengan Tenaga Kependidikan tertera dalam pasal 27 ayat 2, yang mengatakan tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik, pengelola/kepala lembaga pendidikan, penilik/pengawas, peneliti, dan pengembang pendidikan, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.” 2. Landasan FilsafatFilsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai keakar – akarnya mengenai pendidikanAgar uraian tentang filsafat pendidikan ini menjadi lebih lengkap, berikut akan dipaparkan tentang beberapa aliran filsafat pendidikan yang dominan di dunia ini. Aliran itu ialah :1. Esensialis2. Parenialis3. Progresivis4. Rekonstruksionis5. EksistensialisFilsafat pendidikan Esensialis bertitik tolak dari kebenaran yang telah terbukti berabad – abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial, yang lain adalah suatu kebenaran secara kebetulan saja. Tekanan pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika.Filsafat pendidikan Parenialis tidak jauh berbeda dengan filsafat pendidikan Esensialis. Kalau kebenaran yang esensial pada esensialis ada pada kebudayaan klasik dengan Great Booknya, maka kebenaran Parenialis ada pada wahyu Tuhan. Tokoh filsafat ini ialah Agustinus dan Thomas Aquino.Demikianlah Filsafat Progresivisme mempunyai jiwa perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat ini, tidak ada tujuan yang pasti. Tujuan dan kebenaran itu bersifat relative. Apa yang sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar. Ukuran kebenaran ialah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini. Tokoh filsafat pendidikan Progresivis ini adalah John Dewey.Filsafat pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme, yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan, 1983). Mereka bercita – cita mengkonstruksi kembali kehidupan manusia secara total.Filsafat pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena ada manusia. Manusia adalah bebas. Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya sendiri. 3. Landasan SejarahSejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang dapat didasari oleh konsep – konsep tertentu. Sejarah pendidikan di Indonesia.Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang. Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam, pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Merka membina anak-anak dan para pemuda melalui lembaganya masing-masing untuk mengembalikan harga diri dan martabatnya yang hilang akibat penjajahan Belanda. Tokoh-tokoh pendidik itu adalah Mohamad Safei, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan (TIM MKDK, 1990). Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka. Tokoh pendidik nasional berikutnya yang akan dibahas adalah Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta. Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun 1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang penjajah Belanda pada waktu itu. Tokoh ketiga adalah Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri seperti berikut (TIM MKDK, 1990).Asas pendidikannya adalah Islam dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia, cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta Negara.Ada lima butir yang dijadikan dasar pendidikan yaitu :
1. Perubahan cara berfikir
2. Kemasyarakatan
3. Aktivitas
4. Kreativitas
5. Optimisme
4. Landasan Sosial BudayaSosial mengacu kepada hubungan antar individu, antarmasyarakat, dan individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan.Sama halnya dengan social, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Sosiologi dan PendidikanSosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.Proses sosial dimulai dari interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses social didasari oleh factor-faktor berikut :1. Imitasi2. Sugesti3. Identifikasi4. Simpati Kebudayaan dan PendidikanKebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, huku, moral, adapt, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adapt, dan tradisi, dan (3) mores, sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :1. Gagasan2. Ideologi3. Norma4. Teknologi5. BendaAgar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :1. Kesenian2. Ilmu3. KepandaianKebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :1. Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia2. Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya3. Kebudayaan popular, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. 5. Landasan PsikologiPsikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia, yang berada dan melekat dalam manusia itu sendiri.a. Psikologi Perkembangan Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud adalah : (Nana Syaodih, 198 1. Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.2. Pendekatan diferensial. Pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang membuat kelompok-kelompok3. Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan seseorang secara individual. Sementara itu Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak sebagai berikut (Nana Syaodih, 198 1. Masa kanak-kanak ialah umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.2. Masa anak ialah umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu3. Masa muda ialah umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya4. Masa adolesen ialah umur 12 – dewasa merupakan manusi berbudaya b. Psikologi BelajarBelajar adalah perubahan perilaku yang relative permanent sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat, atau kecelakaan) dan bias melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikan kepada orang lain. Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne (1979) sebagai berikut :1. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan pendidik tentang respon anak yang diharapkan, beberapa kali secara berturut-turut.2. Pengulangan, situasi dan respon anak diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.3. Penguatan, respon yang benar misalnya diberi hadiah untuk mempertahankan dan menguatkan respon itu.4. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.5. Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak6. Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar7. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar8. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh factor-faktor dalam pengajaran. 6. Landasan EkonomiPada zaman pasca modern atau globalisasi sekarang ini, yang sebagian besar manusianya cenderung mengutamakan kesejahteraan materi disbanding kesejahteraan rohani, membuat ekonomi mendapat perhatian yang sangat besar. Tidak banyak orang mementingkan peningkatan spiritual. Sebagian besar dari mereka ingin hidup enak dalam arti jasmaniah. Seperti diketahui dana pendidikan di Indonesia sangat terbatas. Oleh sebab itu ada kewajiban suatu lembaga pendidikan untuk memperbanyak sumber-sumber dana yang mungkin bias digali adalah sebagai berikut :
1. Dari pemerintah dalam bentuk proyek-proyek pembangunan, penelitian-penelitian bersaing, pertandingan karya ilmiah anak-anak, dan perlombaan-perlombaan lainnya.
2. Dari kerjasama dengan instansi lain, baik pemerintah, swasta, maupun dunia usaha. Kerjasama ini bias dalam bentuk proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan proyek pengembangan bersama.
3. Membentuk pajak pendidikan, dapat dimulai dari satu desa yang sudah mapan, satu daerah kecil, dan sebagainya. Program ini dirancang bersama antara lembaga pendidikan dengan pemerintah setempat dan masyarakat. Dengan cara ini bukan orang tua siswa saja yang akan membayar dana pendidikan, melainkan semua masyarakat.
4. Usaha-usaha lain, misalnya :
a. Mengadakan seni pentas keliling atau dipentaskan di masyarakatb. Menjual hasil karya nyata anak-anakc. Membuat bazaard. Mendirikan kafetariae. Mendirikan took keperluan personalia pendidikan dan anak-anakf. Mencari donator tetapg. Mengumpulkan sumbanganh. Mengaktifkan BP 3 khusus dalam meningkatkan dana pendidikan.Seperti diketahui setiap lembaga pendidikan mengelola sejumlah dana pendidikan yang bersumber dari pemerintah (untuk lembaga pendidikan negeri), masyarakat, dan usaha lembaga itu sendiri. Menurut jenisnya pembiayaan pendidikan dijadikan tiga kelompok yaitu :
1. Dana rutin, ialah dana yang dipakai membiayai kegiatan rutin, seperti gaji, pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, perkantoran, biaya pemeliharaan, dan sebagainya.
2. Dana pembangunan, ialah dana yang dipakai membiayai pembangunan-pembangunan dalam berbagai bidang. Yang dimaksudkan dengan pembangunan disini adalah membangun yang belum ada, seperti prasarana dan sarana, alat-alat belajar, media, pembentukan kurikulum baru, dan sebagainya.
3. Dana bantuan masyarakat, termasuk SPP, yang digunakan untuk membiayai hal-hal yang belum dibiayai oleh dana rutin dan dana pembangunan atau untuk memperbesar dana itu.
4. Dana usaha lembaga sendiri, yang penggunaannya sama dengan butir 3 di atas
Simpulan :Landasan Pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnya di negara kita Indonesia,agar pendidikan yang sedang berlangsung dinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karena pendidikan di setiap negara tidak sama.Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum,landasan filsafat,landasan sejarah,landasan sosial budaya,landasan psikologi,dan landasan ekonomi . DAFTAR PUSTAKA Pidarta Made, Landasan Kependidikan, Jakarta, Rineka Cipta, 1997 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi 5, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006 Indira Permanasari, Pendidikan Dasar Gratis Sudah Saatnya Diberlakukan , www.kompas.com/ Ditulis oleh : SYAMSUL BAHRIProgram Studi : S-2 Teknologi Pendidikan UNMUL Samarinda
PENGANTAR MANAJEMEN PENDIDIKAN
A. Hakikat Organisasi dan Manajemen
Membicarakan tentang manajemen maka tidak akan lepas membicarakan tentang organisasi, karenanya keduanya merupakan dua hal yang saling berkiatan. Keduanya membicarakan tentang optimalisasi sumber daya, kerjasama serta tujuan. Namun wadah sekumpulan orang-orang yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan ”energi” yakni manajemen.
Organisasi didefinisikan sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang kelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang lain yang disebut bawahan (Siagian).
Selanjutnya, Manullang (1986 : 68) mendefinisikan organisasi sebagai berikut :
1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.
Kemudian Flippo mengemukakan organisasi sebagai suatu sistem yang menghubungkan sumber-sumber daya sehingga memungkinkan pencapaian tujuan atau sasaran tertentu.
Lebih lanjut dapat dinyatakan, bahwa ada tiga ciri dari suatu organisasi yaitu :
a. Adanya sekelompok orang
b. Terjadinya suatu hubungan dalam suatu kerjasama yang harmonis.
c. Kerjasama didasarkan atas suatu hak, kewajiban atau fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan.
Selain organisasi, hal lain yang mempunyai peranan pelaksanaan administrasi adalah manajemen, sebab manajemen merupakan inti dari pada administrasi. Dalam hubungan ini perlu diperhatikan bahwa manajemen tidak melaksanakan sendiri kegiatan-kegiatan yang bersifat operasional, melainkan mengatur tindakan pelaksanaan oleh sekelompok orang yang disebut bawahan. Dengan perkataan lain disebutkan bahwa administrasi dan manajemen tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi hanya kegiatan-kegiatannya yang dapat dibedakan.
Sedangkan menurut A.S. Moenir memberi pendapat bahwa "Manajemen pada hakekatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum yang telah ditentukan pada tingkat administrasi."
Ada definisi lain tentang manajemen yang dikemukakan oleh SP Siagian, bahwa "Manajemen adalah sebagai kemampuan atau keterampilan memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang-orang lain."
Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa manajemen merupakan suatu proses/usaha dalam kegiatan pencapaian tujuan tertentu melalui kerjasama dengan sekelompok orang, dengan pembagian tugas yang jelas serta menggunakan alat-alat tertentu pula untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
B. Manajemen Sebagai Ilmu
Sesuatu bidang kajian dapat dikategorikan sebagai ilmu apabila telah memenuhi empat kriteria, yakni: Mempunyai obyek, disusun secara sistematis, mempunyai metode dan berlaku umum (universal). Setelah ditelaah, ternyata keempat kriteria tersebut telah dimiliki oleh bidang ilmu manajemen, hal ini dapat dibuktikan :
1. Mempunyai obyek, yakni manusia baik ditinjau dari obyek materiil maupun formil.
2. Disusun secara sistematis, apabila ditinjau dari fungsinya maka urutan kerja manajemen diawali dari fungsi perencanaan sampai dengan pengawasan.
3. Mempunyai metode, yaitu menggunakan metode ilmiah misalnya observasi dan eksperimen.
4. Bersifat umum (universal), konsep-konsep, prinsip-prinsip maupun tekniknya dapat dipakai pada setiap organisasi, tidak pandang bentuk, tempat maupun waktu.
Sehingga dapat kita lihat aplikasi ilmu manajemen dapat diterapkan pada program-program studi di perguruan tinggi, misalnya Jurusan Manajemen (Fakultas Ekonomi), Program Magister Manajemen yang pada akhirnya terbagai lagi menjadi beberapa program spesifikasi, misalnya Manajemen Perusahaan, Manajemen Perbankan, Manajemen Sumber Daya Manusia. Pada bidang pendidikan, terdapat spesifikasi bidang Manajemen Pendidikan, bahkan di bidang teknik terdapat program studi Manajemen Teknologi Industri, pada Bidang Kehutanan terdapat bidang spesifikasi Manajemen Sumber Daya Hutan, dan sebagainya.
C. Manejemen Sebagai Seni
M. Manullang mengungkapkan pendapatnya bahwa "Manajemen adalah seni dan ilmu pengetahuan, penyusunan, pengarahan dan pengawasan dari pada sumber daya, terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu."
Dari pendapat di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa untuk menggerakkan dan mengarahkan segenap anggota organisasi tidak cukup dengan berbekal ilmu pengetahuan, akan tetapi diperlukan suatu seni menggerakkan. Karena untuk menggerakkan anggota agar bekerja dengan ikhlas bukan merupakan pekerjaan mudah atau dapat dilakukan oleh setiap pimpinan. Untuk itu diperlukan suatu kiat-kiat yang efektif, untuk melaksanakan hal tersebut disinilah peran seni dalam memimpin organisasi.
Begitu banyak para pemimpin berpendidikan tinggi, berinteligensia yang relatif tinggi akan tetapi tidak mampu menggerakkan para anggotanya untuk bekerja secara suka rela dalam mencapai tujuan organisasi. Karena dalam memimpin organisasinya terkesan monoton, kaku dan kurang diterima oleh para anggota. Hal tersebut kadang kala tidak disadari oleh para pemimpin karena sikap kekakuan dan monoton. Untuk mengantisipasi hal tersebut peran ”seni memimpin” harus ditonjolkan.
Seni sangat berkaitan dengan bakat atau talenta yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai karunia Allah. Maka dari itu, tidak semua orang memiliki bakat menjadi pemimpin. Sehingga untuk mengasahnya diperlukan suatu pendalaman studi, observasi dan praktek. Dengan demikian manajer yang baik adalah mereka yang dapat mengkolaborasikan manajemennya dari sudut ilmu dan seni dalam membuat keputusan.
D. Manajemen Sebagai Profesi
Profesi merujuk kepada pekerjaan yang membutuhkan keahlian khusus, artinya bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, tetapi dapat dilakukan oleh orang yang terlatih dan disiapkan secara khusus untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang disebut profesi memilki kedudukan khusus di dalam masyarakat.
Kata profesi berasal daeri kata “profession” dalam Bahasa Inggris, secara mendasar kata ini berasal dari bahasa latin “Profesus” yang berarti dalam bentuk suatu pekerjaan (Sanusi dkk).
Sutisna, dikutip dari “Webste’s New World Dictionary:
Profesi diberi pengertian sebagai suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan khusus dan biasanya meliputi pekerjaan mental yang ditunjang dari kepribadiandan sikap professional. Jadi profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut adanya pendidikan khusus sebagai latar belakang pekerjaan tersebut.
Sadirman (2004:133) menyebutkan, “profesi mempunyai banyak konotasi di antaranya tenaga kependidikan termasuk guru. Secara umum profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut”.
Menurut Chandler dikutip dari Sahertian dan Ida, definisi profesi mengajar yaitu: “Profesi mengajar adalah suatu pekerjaan yang mempunyai kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang itu dalam melaksanakan tugasnya.”
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab I, Ketentuan Umum Pasal 1 butir 4: “Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.
Schein dalam Pidarta menyebutkan :
Ciri-ciri professional sebagai berikut: (1) bekerja sepenuhnya pada jam-jam kerja, (2) pilihan pekerjaan didasarkan kepada motivasi yang kuat, (3) memiliki seperangkat pengetahuan, ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan yang lama, (4) membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien, (5) memiliki otonomi untuk bertindak menyelesaikan persoalan klien, (6) pelayanan itu didasarkan pada kebutuhan objektif klien (7) pekerjaan berorientasi pada pelayanan bukan kepentingan pribadi, (8) menjadi anggota organisasi profesi, (9) memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai ekspert dalam spesialiasinya, (10) keahlian itu tidak boleh diadvertensikan untuk mencari klien.
Dengan demikian, maka profesionalisme merupakan suatu sikap atau perilaku seseorang yang mempunyai suatu profesi tertentu, dengan memegang ciri-ciri dan syarat-syarat yang menunjang profesi tersebut.
MATERI II
FILSASAT MANAJEMEN DAN TUJUAN MANAJEMEN
A. Hakikat Filsafat dan Filsafat Manajemen
Filsafat berasal dari bahasa Latin yang terdiri dari dua kata yaitu Filos yang artinya cinta dan sofia yang artinya arif, apabila diartikan secara harfiah artinya cinta terhadap kearifan. Hal tersebut mengandung suatu pengertian bahwa filsafat adalah pandangan hidup yang merupakan perangkat terori atau sistem pemikiran yang dapat menuntun keapda pemecahan masalah yang berhubungan dengan tujuan. Apabila dikaitkan dengan bidang ilmu manajemen, maka ilmu manajemen mempunyai falsafah, yakni :
1. Mengurangi ketidakpastian
Untuk mengantisipasi hal tersebut maka setiap organisasi harus mengoptimalkan fungsi-fungsi manajemennya, dari tahapan perencanaan sampai pengawasan.
2. Memberikan kepuasan kepada pelanggan
Prinsip-prinsip memberikan kepuasan yakni: Kepercayaan kepada pelanggan, memilih pelanggan yang tepat, memenuhi harapan pelanggan, mencari faktor kepuasan pelanggan, membangun emosional, memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk menilai kinerja, jaminan terhadap pelanggan, mendengar suara pelanggan, memberdayakan karyawan, serta mengoptilmalkan peran pimpinan.
Dalam membuat setiap keputusan manajer harus memiliki dasar pemikiran yang kuat untuk dijadikan sebagai pijakan dalam bertugas dan kewajibannya.
B. Tujuan Manajemen
Dalam ilmu manajemen, tujuan dapat dikaji dari beberapa aspek, antara lain dari aspek sifat, karakteristik, serta dari beberapa aspek lainnya. Namun demikian, kesemuanya dapat dianaisis bahwa setiap kegiatan mempunyai tujuan, jika dalam melaksanakan kegiatan telah diatur sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, berpedoman kepada prinsip-prinsip organisasi, dan telah ditentukan urutan pekerjaan berdasarkan skala prioritas, maka tujuan dari kegiatan dalam suatu organisasi akan tercapai lebih efektif dan efisien.
MATERI III
PERKEMBANGAN ILMU MANAJEMEN DAN PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN
A. Fase Perkembangan Manajemen
Perkembangan ilmu manajemen dibagi menjadi 2 fase antara lain:
1. Prasaintifik Manajemen, pada fase ini muncul dua tokoh yaitu :
a. Robert Owen (1771-1856)
Tokoh ini lebih menekankan peran manusia dalam organisasi, dimana manusia atau karyawan merupakan ujung tombak dalam pencapain kinerja atau produktifitas suatu perusahaan
b. Charles Babbage (1792-1871)
Tokoh ini lebih menekankan kepada spesifikasi dan pembagian pekerjaan sesuai dengan keahlian karyawan sebagai hal yang perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan kinerjanya.
2. Saintifik Manajemen, pada fase ini muncul beberapa tokoh antara lain:
a. Frederick Winslow Taylor (1856-1915)
Tokoh ini yang mengembangkan bidang ilmu manajemen melalui 4 pendekatan yaitu pengembangan metode ilmiah; seleksi ilmiah untuk karyawan; pendidikan dan pengembangan ilmiah karyawan, serta kerjasama antar karyawan.
b. Frank Gilberth (1868-1924) dan Lilian Gilberth (1878-1972)
Kedua tokoh ini lebih menekankan kepada bagaimana meningkatkan efisiensi melaksanakan pekerjaan.
c. Henry L. Gantt (1861-1919)
Tokoh ini mempunyai gagasan tentang kerjasama yang baik, seleksi ilmiah tenaga kerja, sistem insentif untuk motivasi karyawan dan instruksi kerja yang lebih rinci.
d. Harrington Emerson (1853-1931)
Tokoh ini terkenal dengan 12 prinsip-prinsip efisiensi dalam manajemen yaitu Tujuan yang jelas, kegiatan harus masuk akal, disiplin, balas jasa, laporan yang akuntabel, komando perintah, standarisasi, metode dan jadwal yang jelas, standarisasi pada kondisi, operasional dan instruksi.
e. Henry Fayol (1841-1925)
Tokoh ini terkenal dengan 14 prinsip-prinsip dalam pengelolaan organisasi, antara lain: pembagian kerja, wewenang, disiplin, kesatuan perintah dan pengarahan, mengedepankan kepentingan umum, balas jasa, sentralisasi, garis wewenang, order, keadilan, stabilitas, inisiatif dan semangat korp.
B. Evolusi Pemikiran Manajemen
Perkembangan manajemen ditempuh dalam 4 zaman, yaitu :
1. Zaman klasik, lebih mengutamakan kepada ketepatgunaan dan produktivitas.
2. Zaman neoklasik, lebih mengutakan kepada informasi sebagai alat kontrol.
3. Zaman modern, lebih mengutamakan kepada hubungan tuntutan organisasi dan sifat manusia.
4. Zaman neomodern, lebih mengutamakan sistem dalam bidang manajemen
C. Perubahan Paradigma dalam Manajemen
Perkembangan ilmu berjalan secara dinamis, seiring dengan pertumbuhan pola pikir manusia, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi dan informasi. Begitu pula dengan perkembangan ilmu manajemen, juga sama dengan perkembangan ilmu lainnya. Perkembangan ilmu manajemen selalu berubah sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan teknologi dan informasi yang uptodate sehingga setiap tahapan-tahapan perubahan melahirkan paradigma baru.
D. Prinsip-pripsip Manajemen
Ada beberapa prinsip yang diterapkan dalam manajemen, yaitu :
1. Management by objective
Dipelopori oleh Peter Drucker (1954), yang berpendapat bahwa untuk mencapai tujuan organisasi perlu dianalisis dulu misi dari organisasi tersebut.
2. Management by people
Dalam pencapaian tujuan organisasi, hal yang sangat penting diperhatikan adalah manusia dalam maupun di luar organisasi. Untuk itu maka seorang manajer harus peka terhadap tuntutan manusia.
3. Management by information
Dalam membuat kebijakan atau tindakan, seorang manajer harus berpedoman kepada data, fakta dan informasi yang akurat, sehingga diperlukan suatu system informasi manajemen.
MATERI IV
FUNGSI-FUNGSI DASAR MANAJEMEN DAN
HUBUNGAN ILMU MANAJEMEN DENGAN ILMU-ILMU LAIN
A. Fungsi-fungsi Dasar Manajemen
Di kalangan para sarjana belum terdapat suatu konsensus mengenai jumlah fungsi-fungsi manajemen dan administrasi. Konsensus yang telah dicapai yaitu pada dasarnya keseluruhan fungsi-fungsi manajemen dan administra-si itu dapat dibagi ke dalam dua klasifikasi utama yaitu :
1. Fungsi organisasi, merupakan fungsi yang mutlak harus dijalankan oleh manajemen, ketidakmampuan menjalankan fung-si tersebut akan mengakibatkan lamban atau matinya organisasi.
2. Fungsi pelengkap, merupakan fungsi yang meskipun tidak mutlak harus dijalankan oleh organisasi, namun sebaiknya dilaksanakan karena pelaksanaan fungsi dengan baik akan meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.
Seperti apa yang dikuti oleh Soekarno K dari pendapat seorang sarjana mengenai fungsi-fungsi dari manajemen dimaksud adalah: "Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuiting (Penggerakan) dan Controlling (Pengendalian/ Pengawasan)."
Sedangkan IG Wursanto juga mengutip pendapat seorang sarjana lain : "Fungsi-fungsi manajemen terdiri atas: Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Motivating (Penggerakan), Controlling (Pengawasan) dan Decision Making (Pengambilan Keputusan)."
Dengan menelaah pendapat para sarjana administrasi, maka dapat tersimpul antara lain :
1. Pada hakekatnya teori-teori tersebut terdapat keseragaman cara berpikir di kalangan para ahli. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa fungsi yang sama.
2. Dalam kualifikasi yang telah dibuat tidak terdapat perbedaan yang prinsipil, hanya perbedaan yang bersifat situasional dan terminologi saja.
3. Adanya kecenderungan berpikir yang seirama di antara para ahli tersebut.
Secara garis besar dapat diartikan masing-masing fungsi manajemen yaitu :
1. Planning adalah suatu proses pemikiran secara matang tentang hal-hal apa yang akan dikerjakan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
2. Organizing adalah suatu proses mengorganisir suatu kegiatan suatu kegiatan yang akan dilakukan.
3. Actuating adalah suatu proses menggerakkan anggota organisasi dalam pelaksanaan kegiatan.
4. Controlling, yaitu suatu proses pengawasan dalam rangka pengendalian kegiatan agar semua kegiatan dan tujuan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
B. Hubungan Ilmu Manajemen dengan Ilmu-ilmu Lain
Pada dasarnya ilmu manajemen mempunyai hubungan yang erat dengan bidang ilmu lainnya, baik ditinjau dari aspek aplikasi maupun tujuan yang dicapai, sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
HUBUNGAN ILMU MANAJEMEN DENGAN ILMU-ILMU LAINNYA
No. Korelasi Ilmu Aplikasi
1 Politik Kebijakan manajemen pendidikan melalui proses politik, UU Sisdiknas disahkan oleh lembaga eksekutif dan legislatif.
2 Ilmu Ekonomi Prinsip ekonomi yang selalu mengedepankan efektifitas dan efisiensi diterapkan dalam strategi pencapaian tujuan.
3 Psikologi Pengetahuan tingkah laku manusia dalam organisasi selalu menjadi perhatian dalam suatu organisasi.
4 Sosiologi Membangun hubungan antar manusia baik di dalam maupun di luar organisasi menjadi bagian dari kajian ilmu manajemen
5 Antropologi Perbedaan latar belakang anggota organisasi baik dari sisi budaya maupun sisi lainnya menjadi perhatian dalam organisasi, karena setiap organisasi mempunyai anggota yang berbeda latar belakangnya.
6 Hukum Setiap manajer dan organsasi dalam melaksanakan tugasnya selalu berpedoman kepada tata aturan, norma dan dasar hukum yang mengaturnya.
7 Eksakta Data statistik yang akurat dan akuntabel merupakan suatu bahan pijak dasar dalam pengambilan suatu keputusan oleh organisasi atau manajer.
KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN
TEORI KEPEMIMPINAN DAN PERILAKU ORGANISASI
1. Pengertian Kepemimpinan
Dalam waktu belakangan ini banyak penelitian telah diadakan mengenai kepemimpinan, teristimewa dalam dunia pendidikan. Bila kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, maka hendaklah kita berusaha untuk mengerti, bahwa di dalam hal melaksanakan tugas ini ada seorang yang berfungsi sebagai pemimpin. Ia adalah seorang yang dapat bekerja sama dengan orang lain dan hasil kerjanya juga berguna bagi orang lain. Pendapat ini diperkuat juga oleh Edwin F. Flippo (1987:1), "Pimpinan dan staf bekerja sama, pekerjaan di lapangan pendidikan adalah bekerja dengan orang lain."
Siapakah yang sebenarnya dapat disebut pemimpin? Tiap orang yang merasa terpanggil untuk melaksanakan tugas memimpin, misalnya orang tua di rumah, guru di sekolah, kepala sekolah di sekolah, Dekan di fakultas dan sebagainya dapat disebut pemimpin.
Mengenai kepemimpinan ini Gondokusumo (1983:81) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut, "Kepemimpinan adalah suatu proses penggerakan orang-orang dalam mencapai tujuan organisasi".
Sedangkan Menurut Dirgagunarsa (1978:68) mengemukakan bahwa, "Kepemimpinan adalah suatu kontribusi untuk menetapkan dan mencapai tujuan organisasi".
Kemudian Malayu Hasibuan (1986:45) mengatakan, "Kepemimpinan adalah proses pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi melalui kerja orang-orang dalam suatu organisasi itu sendiri."
Bila kita bandingkan definisi-definisi yang diberikan oleh ketiga ahli ini, maka dapatlah kita menarik kesimpulan bahwa pendapat-pendapat tentang teori kepemimpinan pada hakekatnya sama. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing sesuatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan dari kelompok itu. Tujuan ini adalah tujuan bersama.
Dalam usaha mencapai tujuan bersama ini, kepemimpinan dan kelompok yang satu bergantung kepada kelompok yang lain. Seorang tidak dapat menjadi pemimpin terlepas dari kelompok. Kepemimpinan adalah suatu sifat dari aktivitas kelompok. Setiap orang sebagai anggota dari kelompok dapat memberi suatu sumbangan untuk kesuksesan kelompoknya. Di dalam suatu kelompok harus ada persatuan. Persatuan ini dibentuk dan dibina oleh pemimpin dari kelompok itu.
Di bawah kepemimpinannya, baik ia sebagai pemimpin, maupun yang dipimpin olehnya harus berusaha untuk mencapai tujuan dari kelompok itu. Persatuan harus diciptakan dan dipelihara dalam kelompok. Jika tidak, maka kelompok itu hanya merupakan kumpulan dari individu-individu, yang seorang terpisah dari yang lainnya.
Berkaitan dengan hal ini, maka harus ada seseorang, yang dapat mengembangkan perasaan kelompok dan koordinasi. Ia muncul sebagai pemimpin, oleh karena ia memperlihatkan kelebihan-kelebihan, kesanggupan dalam membina kegiatan-kegiatan kelompok menuju ke hal tercapainya tujuan kelompok itu. Dibutuhkan sangat kesanggupannya dalam memecahkan masalah-masalah, yang dihadapi kelompoknya.
Kita telah mengetahui, bahwa memimpin ialah membimbing sesuatu kelompok sedemikian rupa, sehingga tujuan kelompok atau organisasi dapat dicapai. Sehubungan dengan arti kepemimpinan, maka fungsi-fungsi kepemimpinan menurut Tahalele (1983:63) terdiri atas :
1. Fungsi bertalian dengan tujuan, yang hendak dicapai
2. Fungsi bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan sambil memeliharanya.
Kemudian Tahalele (1983:63) menjabarkan kedua fungsi kepemimpinan tersebut:
1. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai antara lain :
a. Memikir, merumuskan dengan teliti tujuan organisasi serta menjelaskan supaya anggota-anggotanya selalu dapat menyadarinya dalam bekerja sama menuju ke tujuan itu.
b. Memberi dorongan kepada anggota-anggotanya untuk menganalisa situasi dengan maksud, supaya dapat ditemukan rencana-rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik.
c. Membantu anggota-anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan-keterangan yang perlu, supaya dapat mengadakan pertimbangan-pertimbangan yang sehat.
d. Menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari anggota-anggota organisasi.
e. Memberikan dorongan kepada setiap anggota kelompok untuk melahirkan perasaan-perasaan dan pikirannya dalam memilih buah-buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang dihadapi organisasi.
f. Memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota-anggota dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan kemampuan masing-masing demi kepentingan bersama.
2. Fungsi bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan, antara lain :
a. Memupuk dan memelihara kerjasama di dalam kelompok.
b. Mengusahakan suatu tempat pekerjaan yang menyenangkan, dimana dapat dipupuk kegembiraan dan semangat di dalam pelaksanan tugas-tugas.
c. Menanamkan dan memupuk perasaan pada anggota-anggota masing-masing, bahwa mereka juga termasuk dalam organisasi dan bagian dari organisasi.
d. Mempergunakan kelebihan yang terdapat pada pemimpin bukan untuk berkuasa atau berdominasi, tetapi untuk memberi sumbangan dalam kelompok menuju ke pencapaian tujuan bersama.
Jadi jelas bagi kita, bahwa tugas seorang pemimpin tidak mudah dan ringan, apalagi tugas pemimpin pada pendidikan tinggi. Sehingga, bila kita senantiasa tidak memiliki landasan-landasan pekerjaannya sesuai dengan apa yang ditentukan, semakin sulit pemimpin tersebut membawa visi dan misi dari organisasi yang dipimpinnya.
2. Tipe Kepemimpinan
Setiap pemimpin mempunyai cara dan metode tersendiri dalam memimpin suatu organisasi. Sekalipun, setiap pemimpin memilki ciri-ciri khas, akan tetapi pada dasarnya setiap pemimpin mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencapai tujuan organisasi dengan melibatkan orang lain dan dirinya sendiri. Pembentukan tipe kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya situasi, pendidikan, karakter pribadinya dan lain-lain.
Menurut Sondang P. Siagian (1986:41), bahwa tipe-tipe kepemimpinan dapat digolongkan menjadi lima. Tipe-tipe tersebut adalah :
1. Tipe pemimpin yang otokratis
2. Tipe pemimpin yang militeristis
3. Tipe pemimpin yang paternalistis
4. Tipe pemimpin yang kharismatis
5. Tipe pemimpin yang demokratis
Tipe pemimpin yang otokratis menurut Sondang P. Siagian (1986:41) adalah:
a. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
b. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.
c. Menggangap bawahan sebagai alat semata-mata.
d. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.
e. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
f. Dalam tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan sanksi.
Sedangkan pemimpin yang bertipe militeristis menurut Sondang P. Siagian (1986:41) adalah :
a. Menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih dipergunakan.
b. Senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya.
c. Senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.
d. Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan.
e. Sukar menerima kritikan dari bawahannya.
f. Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
Pemimpin bertipe paternalistis menurut pendapat Sondang P. Siagian (1986:42) adalah :
a. Menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa
b. Bersikap terlalu melindungi
c. Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan, berinisiatif dan mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
d. Sering bersikap maha tahu.
Selanjutnya Sondang P. Siagian (1986:42) mengartikan tipe kepemimpinan kharismatis, yaitu "Pemimpin yang memiliki daya tarik yang amat besar dan karenanya mempunyai pengikut yang besar pula, namun demikian pengikutnya sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa dia menjadi pengikutnya".
Lebih lanjut Sondang P. Siagian (1986:43) menjelaskan tentang tipe kepemimpinan yang demokratis, yaitu :
a. Selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia.
b. Berusaha mensinkronisasi kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari para bawahannya.
c. Senang menerima saran, pendapat dan bahkan kritik dari bawahan.
d. Berusaha mengutamakan kerjasama dan team work dalam usaha mencapai tujuan.
e. Ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahan untuk berbuat kesalahan yang kemudian dibanding dan diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain.
f. Selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya.
g. Berusaha memberikan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Pakar kepemimpinan lain yaitu Tahalele (1983:72) membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi empat golongan, antara lain :
a. Kepemimpinan otokratis
Seorang pemimpin otokratis ingin memperlihatkan kekuasaannya, ingin berkuasa. Ia berpendapat bahwa tanggung jawabnya besar sekali.
b. Kepemimpinan pseudo demokratis
Seorang pemimpin pseudo demokratis banyak memakai topeng. Ia berpura-pura memperlihatkan sifat demokratis di dalam kepemimpinannya, ia memberi hak dan kuasa kepada bawahan, akan tetapi sesungguhnya ia bekerja penuh dengan perhitungan. Ia mengatur siasat agar supaya kemauannya juga terwujud kelak.
c. Kepemimpinan laisses-faire
Pemimpin laisses faire menghendaki supaya kepada bawahannya diberikan kebebasan yang seluas-luasnya. Ia berpendapat agar bawahan bekerja sesuka hatinya, terlalu memberikan kepercayaan kepada bawahan. Tidak perlu pengawasan dalam pelaksanaan tugas, dan menganggap sesuatu akan beres.
d. Kepemimpinan demokratis
Kepemimpinan ini selalu bertindak demokratis. Semua keputusan diambil melalui musyawarah dan keputusan ini selalu ditaati oleh para bawahan. Pemimpin ini memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan pengetahuannya sehingga akan bermanfaat bagi organisasinya.
Dari pendapat-pendapat para pakar di atas, maka sudah dapat dipastikan bahwa setiap staf selalu menginginkan agar para pemimpinnya memiliki sikap, sebagaimana yang dimiliki oleh tipe kepemimpinan yang demokratis.
3. Syarat-syarat Pemimpin
Tugas terpenting dan terutama dari seorang pemimpin ialah untuk memimpin orang, memimpin pelaksanaan pekerjaan dan menggerakkan sumber-sumber daya yang dimiliki oleh organisasinya. Sehingga, tidaklah mudah menjadi pemimpin yang dapat membawa organisasinya ke arah pencapaian tujuan. Begitu beratnya tugas seorang pemimpin, sehingga tidaklah mustahil apabila ada suatu organisasi yang buruk dalam pelayanan, serta mendapat penilaian negatif dari masyarakat, maka yang dinilai buruk terlebih dahulu adalah pemimpin organisasi itu.
Untuk itu, dalam melaksanakan tugas dengan baik, seorang pemimpin harus memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dijelaskan oleh Sondang P. Siagian (1986:39), yaitu :
a. Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya.
b. Berpengetahuan luas.
c. Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya.
d. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan kompleksnya dari pada tujuan organisasi yang hendak dicapai.
e. Memiliki stamina (daya kerja) dan antusiasme yang besar.
f. Gemar dan cepat mengambil keputusan.
g. Objektif dalam arti dapat menguasai emosi dan lebih banyak mempergunakan rasio.
h. Adil dalam memperlakukan bawahan.
i. Menguasi prinsip-prinsip human relation.
j. Menguasai teknik-teknik berkomunikasi.
k. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi.
l. Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.
Pendapat dari pakar lain, yaitu Karyadi (1983:67) menjelaskan bahwa syarat-syarat yang dianggap penting bagi seorang pemimpin, yaitu :
a. Memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang baik
b. Berpegang teguh pada tujuan yang hendak dicapai
c. Bersemangat
d. Jujur
e. Cakap di dalam memberi bimbingan
f. Cepat dan bijaksana di dalam mengambil keputusan
g. Cerdas
h. Menaruh kepercayaan kepada yang baik dan berusaha untuk mencapainya.
Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa para ahli pada prinsipnya mempunyai pendapat yang sama terhadap syarat-syarat pemimpin. Namun demikian, harus ditambahkan bahwa tidak ada seorang manusiapun yang serta merta memiliki semua ciri-ciri tersebut di atas. Karena itu sangat penting bagi seorang pemimpin untuk menganalisa diri sendiri, untuk melihat ciri-ciri kepemimpinan apa yang telah dimilikinya dan ciri-ciri apa yang masih perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Akhirnya, alangkah baiknya bila syarat-syarat kepemimpinan tersebut di atas ditunjang oleh keahlian di dalam profesinya, yang mencakup penguasaan pengetahuan teristimewa di bidangnya, pengalaman dan berbagai keterampilan yang telah ia miliki.
4. Kepemimpinan Situasional
Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada dan handal karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah mengalami trial and error dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan juga tidak akan ada tanpa pemimpin. Kedua komponen dalam organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam rangka mencapai tujuan. Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mencoba melepar idenya tentang kepemimpinan situasional yang sangat praktis untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu masih banyak teori kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan Blanchard, orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup hanya pintar dari segi kognitif saja tetapi lebih dari itu juga harus matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau mengenal bawahan, entah itu kematangan kecakapannya ataupun kemauan/kesediaannya.Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan kesediaan) maka seorang pemimpin akan dapat memakai gaya kepemimpinan yang sesuai. Sayangnya jaman sekarang banyak pemimpin yang suka main kuasa saja tanpa mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan bawahan itupun karena ada motif tertentu seperti nepotisme
Kepemimpinan Situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara;
1. Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (prilaku tugas)
2. Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin (prilaku hubungan)
3. Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan bawahan).
Untuk lebih mengerti secara mendalam tentang Kepemimpinan Situasional, perlu bagi kita mempertemukan antara Gaya Kepemimpinan dengan Kematangan Pengikut karena pada saat kita berusaha mempengaruhi orang lain, tugas kita adalah:
1. Mendiagnosa tingkat kesiapan bawahan dalam tugas-tugas tertentu.
2. Menunjukkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk situasi tersebut.
5. Gaya Kepemimpinan
Terdapat 4 gaya kepemimpinan yaitu:
1. Memberitahukan, Menunjukkan, Memimpin, menetapkan (telling-directing)
2. Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, membujuk (selling-coaching)
3. Mengikutsertakan, memberi semangat, kerja sama (Participating-Supporting)
4. Mendelegasikan, Pengamatan, Mengawasi, penyelesaian (delegating)
Dari penjelasan di atas konsep KEPEMIMPINAN SITUASIONAL dapat digambarkan dalam table berikut:
Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang jelas antara level kematangan orang-orang dan atau kelompok dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situational memAndang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk memikul tanggungjawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwa kematangan merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin dicapai pemimpin.
6. Kematangan bawahan dan gaya kepempinan
Menurut Paul Hersey dan Ken. Blanchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Tingkat kematangan M1 (Tidak mampu dan tidak ingin) maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan, mengistruksikan secara spesifik.
2. Tingkat kematangan M2 (tidak mampu tetapi mau), untuk menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan Menjual, Menjelaskan, Memperjelas, Membujuk.
3. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu) maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Partisipatif, yaitu Saling bertukar Ide & beri kesempatan untuk mengambil keputusan.
4. Tingkat kematangan M4 (Mampu dan Mau) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah Delegating, mendelegasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan system control yang baik.
Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh kematangan orang yang kita pimpin supaya tenaga kepemimpinan kita efektif dan juga pencapaian hasil optimal.
7. Organisasi
Organisasi didefinisikan sebagai setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang kelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang lain yang disebut bawahan (Siagian, 1986 : 116).
Selanjutnya, Manullang (1986 : 68) mendefinisikan organisasi sebagai berikut :
1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerjasama untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan tertentu.
2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan.
Kemudian Flippo (1987 : 68) mengemukakan organisasi sebagai suatu sistem yang menghubungkan sumber-sumber daya sehingga memungkinkan pencapaian tujuan atau sasaran tertentu.
Lebih lanjut dapat dinyatakan, bahwa ada tiga ciri dari suatu organisasi yaitu :
a. Adanya sekelompok orang
b. Terjadinya suatu hubungan dalam suatu kerjasama yang harmonis.
c. Kerjasama didasarkan atas suatu hak, kewajiban atau fungsinya masing-masing untuk mencapai tujuan.
Berhasil tidaknya suatu organisasi pemerintah maupun organisasi swasta lainnya dalam mencapai tujuannya sangat tergantung pada pengorganisasiannya, dimana orang-orang, alat-alat, tugas dan tanggung jawab diatur sedemikian rupa sehingga dapat merupakan satu kesatuan yang bulat, serta diarahkan dan digerakkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Telah ditetapkan bahwa hasil dari pengorganisasian ialah tercapainya suatu tujuan organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian sukses tidaknya administrasi dan manajemen dalam melaksanakan fungsinya dapat dilihat dalam menciptakan suatu organisasi yang baik.
Menurut SP Siagian (1986:119) bahwa tolok ukur dari baik tidaknya suatu organisasi dapat dilihat apakah organisasi itu sudah memenuhi kriteria dan telah melaksanakan prinsip-prinsip organisasi sifat-sifat sebagai berikut :
1. Memiliki tujuan yang jelas.
2. Tujuan organisasi harus difahami oleh semua komponen atau unsur yang ada didalam organisasi
3. Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang
4. Adanya kesatuan arah (unity of direction).
5. Adanya kesatuan perintah (unity of command).
6. Adanya keseimbangan antara wewenang dan tanggung jawab seseorang.
7. Adanya pembagian tugas (distribution of work)
8. Struktur organisasi harus disusun sesederhana mungkin.
9. Pola dasar organisasi harus relatif permanen.
10. Adanya jaminan jabatan (Security of tuner).
11. Balas jasa yang diberikan kepada setiap orang harus setimpal.
12. Penempatan tenaga yang sesuai dengan ahlinya (The right man in the righ place).
Dari tinjauan tinjauan teoritis tentang prinsip-pripsip organisasi tersebut dapat dianalisis sebagai berikut :
1. Terdapat tujuan yang jelas.
Organisasi, misalnya instansi pemerintah atau swasta terbentuk berdasarkan kebutuhan masyarakat atau negara dalam hal-hal tertentu, misalnya lembaga pendidikan dibentuk bedasarkan kebutuhan terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sehingga jelas setiap pendirian lembaga pendidikan mempunyai tujuan yang jelas yaitu menyelenggrakan program pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahkan pencapai tujuan tersebut telah ditetapkan secara formal dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan.
2. Tujuan Organisasi Harus Dipahami Semua Pegawai
Semua pegawai yang menjadi anggota suatu instansi atau lembaga harus memahami tujuan organisasinya. Untuk itu, maka organisasi tersebut harus selalu mengadakan sosialisasi kepada semua pegawai agar melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Karena pegawai merupakan ujung tombak pencapaian tujuan organisasi. Sosialisasi dilakukan melalui adanya koordinasi, pengawasan melekat dan pembinaan loyalitas kepada segenap pegawainya.
3. Tujuan Organisasi Harus Diterima Semua Pegawai
Setiap pegawai yang ditempatkan pada organisasi harus memahami tujuan organisasi pada kantor tersebut. Untuk itu, setiap yang terlibat dalam menggerakkan roda organisasi, mereka harus memahami sepenuhnya dan bersedia bergabung dengan organisasi untuk menjalankan tugas pokok dan fungsi yang diembannya. Apabila pegawai tersebut merasa kurang menerima, mereka diberikan alternatif apa masih mau bergabung dengan organisasi atau tidak, dengan memberikan alternatif penyelesaian, misanyal pemindahan pegawai ke instansi yang membutuhkan.
4. Adanya kesatuan arah
Dalam menentukan tujuan organisasi, agar target yang ingin dicapai sesuai dengan rencana yang ditetapkan, maka setiap organisasi berupaya membuat suatu kesatuan arah dan tujuan dengan menyamakan persepsi. Karena harus diakui, bahwa anggota organisasi memiliki karakter dan kemauan yang berbeda-beda. Untuk mencapai tujuan organisasi tersebut, koordinasi merupakan suatu strategi yang efektif untuk menyatukan arah tujuan. Koordinasi dapat dilakukan melalui rapat berkala, pertemuan-pertumuan baik formal maupun non formal.
5. Adanya Keseimbangan Wewenang dan Tanggung Jawab
Setiap organisasi yang relatif besar tidak terlepas dengan adanya jenjang hirarkhi. Jenjang Hirarkhi menunjukkan tingkatan jabatan, wewenang dan tanggung jawab seseorang. Begitu pula pada organisasi, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat jabatan seseorang, maka semakin tinggi pula wewenang dan tanggung jawabanya. Hal ini dapat dicontohkan bahwa Kepala Dinas mempunyai wewenang dan tanggung jawab paling berat, karena diharuskan mampu mengkoordinir segala kegiatan-kegiatan masing-masing Sub organisasi untuk mencapai tujuan. Apabila dibandingkan dengan wewenang dan tanggung staf, maka jelas bahwa tanggung jawab dan wewenang yang diemban pimpinan organisasi lebih berat.
6. Adanya Pembagian Tugas
Setiap organisasi harus membagi tugas kepada masing-masing sub organisasinya. Dengan demikian organisasi tersebut telah melaksanakan pembagian tugasnya melalui masing-masing sub organisasinya, bahkan pada masing-masing seksi telah menugas pada bawahan melalui analisis jabatan.
7. Adanya kesatuan perintah
Untuk mendapatkan kesatuan perintah pada organisasi, maka setiap kebijakan pada masing-masing harus hanya dikeluarkan oleh satu orang yang mempunyai hak dan wewenang sesuai dengan jenjang hirarkhinya. Misalnya, kebijakan pada masing-masing Seksi atau Sub Bagian hanya dikeluarkan oleh Kepala Seksi atau Kepala Sub Bagian. Demikian pula, apabila dikeluarkan kebijakan yang lebih tinggi lagi sifatnya, misalnya tingkat Dinas, maka hanya dikeluarkan oleh Kepala Dinas.
8. Struktur Organisasi Disusun Sederhana
Struktur organisasi pada suatu harus dibuat efektif dan efisien. Sejauh mungkin menghindarkan kesan yang ruwet dan sangat panjang.
9. Pola Dasar Organisasi Permanen
Pola dasar organisasi merupakan pedoman pelaksanaan pencapai tujuan. Begitu pula pada suatu organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya selalu berpedoman kepada surat keputusan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan yang dipakai dalam pelaksanaan tugas dapat dikatakan permanen karena tidak berganti setiap tahun, bahkan sampai lima tahun belum tentu berganti sebelum ada revisi dan penggantian nama dan pola organisasi.
10. Adanya Jaminan Jabatan
Dalam tingkatan organisasi menunjukkan tingkat hirarkhi dan jabatan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi tanggung jawab yang diemban semakin tinggi pula tingkat jabatan pada hirarki organisasi.
11. Balas Jasa yang Setimpal dengan Tanggung Jawab
Semakin tinggi tingkat jabatan, maka semakin berat pula tanggung jawab yang harus diembannya. Oleh karena itu, agar pejabat yang berwenang memiliki tanggung jawab, maka mereka diberikan kompensasi berupa tunjangan jabatan. Begitu pula kepada pegawai, apabila mereka meraih kinerja yang tinggi, maka kepadanya diberikan insentif sesuai dengan tingkat kinerjanya. Bahkan dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan karirnya yang lebih tinggi lagi.
12. Penempatan Pegawai Sesuai Keahlian
Untuk menerapkan prinsip tersebut, maka organisasi menerapkan prinsip the right man on the right place. Upaya ini dilakukan dengan menggunakan pola analisis jabatan. Analisis jabatan dilakukan sejak adanya penarikan sampai dengan penempatan pegawai. Karena pegawai yang bekerja sesuai dengan keahlian, maka dapat meningkatkan motivasi dan kinerjanya.
8. Perilaku Organisasi
8.1. Pengertian Perilaku Organisasi
• Adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi, atau kelompok tertentu.
• Studi tersebut mencakup pembahasan tentang aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia yang bekerja di dalamnya; juga aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap organisasi dimana mereka berada.
• Tujuannya memperlancar upaya pencapaian tujuan organisasi.
8.2. Perilaku Individu dan Perilaku Organisasi
Perilaku Individu
• Manajemen sumber daya manusia lebih terapan dengan fokus pada teknik pengelolaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi.
Perilaku Organisasi
• Perilaku organisasi mempelajari perilaku individu / kelompok dalam organisasi dan aplikasinya (analisis Mikro), Teori organisasi mempelajari struktur, proses dan performansi organisasi (analisis Makro)
8.3. Perbedaan :
• pada unit analisis dan objek kajian, Perilaku organisasi dianggap lebih mendasar (teoritis; berdasar pada konsep)
• pada pendekatan yang digunakan :
a. PENDEKATAN STUDI PERILAKU,
1. Pendekatan COGNITIF : Edward Tolman
Berdasarkan pemahaman seseorang terhadap informasi
2. Pendekatan BEHAVIORISTIC : I.P. Pavlov dan J.B. Watson
Berdasarkan Response yang muncul apabila diberi stimulus tertentu
3. Pendekatan Social Learning : A. Bandura
Berdasarkan penggabungan pendekatan Cognitif dan behavioristic
b. LINGKUP PERILAKU ORGANISASI
MODEL 3 LEVEL (S.P. ROBIN)
Mempelajari perilaku manusia dalam organisasi melalui tiga tingkatan analisis.
1. Tingkatan Individu : karakteristik bawaan individu dalam organisasi.
2. Tingkatan Kelompok : dinamika perilaku kelompok dan faktor-faktor determinannya
3. Tingkatan Organisasi : faktor-faktor organizational yang mempengaruhi perilaku.
9. Pengertian Motivasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Ditinjau dari prinsip organisasi, fungsi motivasi merupakan fungsi yang terpenting. Malah dapat juga dikatakan bahwa ditinjau dari segi administrasi dan manajemen, fungsi organik ini merupakan fungsi yang terpenting pula, karena pelaksanaan fungsi ini mempunyai manusia sebagai objek langsungnya. Tidak mengherankan apabila dalam pertumbuhan ilmu administrasi, istilah yang selalu berbeda-beda adalah istilah yang dipergunakan untuk fungsi ini. Perubahan-perubahan istilah yang digunakan itu adalah sesuatu hal yang sangat logis apabila diingat bahwa dengan perkembangan ilmu administrasi yang amat pesat ini, pandangan terhadap manusia yang berorganisasi serta peranannya di dalam organisasi semakin lama semakin dipahami.
Berkenaan dengan pembahasan tentang motivasi, penulis mengutip pernyataan Sondang P. Siagian (1986:128) bahwa, "Motivasi adalah proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien dan ekonomi."
Dari pernyataan di atas dapat ditelaah lebih lanjut bahwa istilah yang paling tepat untuk menunjukkan fungsi organik administrasi dan manajemen yang langsung menyangkut manusia-manusia di dalam organisasi adalah istilah "motivating", yang mudahnya penulis terjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan istilah "penggerakan", meskipun terjemahan yang lebih tepat sebenarnya ialah "pemberian motif".
Telah diketahui bahwa manusia sebagai makhluk hidup bersedia memberikan yang terbaik untuk dirinya, waktunya, tenaganya, keahliannya apabila ia diyakinkan bahwa ia akan diberi balas jasa yang setimpal dengan jasa-jasa yang diberikannya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka prinsip-prinsip motivasi sebagaimana dikemukakan oleh Sondang P. Siagian (1986:129) antara lain :
1. Motivating secara implisit berarti bahwa pimpinan organisasi berada di tengah-tengah para bawahannya dan dengan demikian dapat memberikan bimbingan, instruksi, nasehat jika diperlukan.
2. Secara implisit dalam istilah "motivating" telah tercakup adanya usaha untuk mensinkronisasikan tujuan organisasi dan tujuan-tujuan pribadi dari para anggota organisasi.
3. Secara eksplisit dalam pengertian di atas jelas terlihat bahwa para pelaksana operatif dalam memberikan jasa-jasanya memerlukan beberapa macam perangsang.
Dari uraian di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa betapa erat kaitan antara fungsi kepemimpinan dan fungsi motivasi. Karena itu seorang pemimpin yang baik adalah seorang yang dapat menggerakkan anak buahnya agar mau bekerja dengan ikhlas agar tercapai suatu efektivitas dan efisiensi kerja. Selanjutnya dari penjelasan di atas juga disebut bahwa pemberian motivasi memerlukan beberapa macam perangsang, salah satu perangsang yang dianggap efektif adalah pemberian insentif, penegakan disiplin, penghargaan kepada bawahan atas prestasinya dan lain-lain.
Pada pembahasan sebelumnya telah ditegaskan bahwa dalam organisasi harus terdapat sinkronisasi antara tujuan organisasi sebagai keseluruhan serta tujuan pribadi dari para anggota organisasi. Dalam arti yang sesungguhnya dapat dikatakan bahwa sukses atau tidaknya pimpinan organisasi untuk melaksanakan fungsi motivasi itu sangat tergantung kepada kemampuannya merealisasikan adanya sinkronisasi itu.
Setiap manusia normal selalu mendasarkan hidupnya kepada filsafat "sesuatu untuk sesuatu". Atau dalam bahasa Indonesia "Ada ubi ada talas, ada budi ada balas". Seorang manusia akan rela memberikan budinya apabila dia yakin bahwa ia akan menerima balasan yang setimpal dengan budi yang diberikan. Apabila diimplementasikan kepada kegiatan organisasi, maka setiap staf akan termotivasi untuk bekerja dengan prestasi yang mengagumkan apabila kelak dia akan mendapatkan penghargaan yang setimpal dengan prestasi yang dia peroleh.
Dengan demikian, motivasi untuk meningkatkan kinerja pegawai pada suatu organisasi tentunya dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut Gondokusumo (1983:23) ada beberapa hal yang mempengaruhi seseorang agar termotivasi untuk meningkatkan kinerja pegawai, antara lain:
1. Terpenuhinya kebutuhan-kebuthan fisiologis.
2. Terpenuhinya kebutuhan keamanan.
3. Terpenuhinya kebutuhan sosial.
4. Terpenuhinya kebutuhan akan prestise.
5. Terpenuhinya kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja.
Terpenuhinya kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan primer pegawai yang meliputi sandang, pangan dan papan. Kebutuhan keamanan meliputi keamanan jiwa dimana dia bekerja dan keamanan harta di tempat pekerjaan waktu dia bekerja. Bentuk dari pemuasan kebutuhan keamanan misalnya dengan memberikan perlindungan asuransi, atau jaminan sosial. Kebutuhan sosial adalah suatu kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, misalnya kebutuhan perasaan diterima oleh orang lain tempat dia bekerja dan kebutuhan akan perasaan dihormati antar rekan sekerja, kebutuhan akan perasaan ingin maju dan tidak gagal dan perasaan merasa ikut serta atau partisipasi dalam organisasinya. Kebutuhan akan prestise adalah kebutuhan akan gengsi atau cara penghargaan sesuai dengan pangkat dan jabatan yang dia pegang. Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja dapat diimplementasikan dengan mengembangkan kemampuan bekerja melalui berbagai cara seperti diklat, seminar dan pendidikan formal sesuai dengan bidang tugasnya.
Namun demikian, dalam memberikan motivasi kepada bawahan seorang pimpinan yang bijaksana akan menggunakan suatu metode-metode. Metode-metode yang layak dipakai oleh pimpinan dalam memberikan motivasi menurut Achmad Ichsan (1981:76) adalah :
a. Jelaskan tujuan organisasi kepada setiap orang yang ada dalam organisasi.
b. Usahakan agar setiap orang menyadari, memahami serta menerima baik tujuan tersebut.
c. Jelaskan filsafat yang dianut pimpinan organisasi dalam menjalankan kegiatan-kegiatan organisasi.
d. Jelaskan kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pimpinan organiasi dalam usaha mencapai tujuan.
e. Usahakan agar setiap orang mengerti struktur organisasi.
f. Jelaskan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan untuk dijalankan setiap orang.
g. Tekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut.
h. Perlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian.
i. Berikan penghargaan serta pujian kepada karyawan yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mampu bekerja.
j. Yakinkan kepada setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal-maksimalnya.
Kiranya semakin jelas bahwa berhasil atau tidaknya pimpinan mencapai tujuan yang telah ditentukan, dalam arti yang realistis, sangat tergantung atas kemampun pimpinan tersebut menjalankan fungsi motivasinya.
10. Persepsi
10.1. Pengertian
• Adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari lingkungan.
• Merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
10.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi
• Karakteristik yang Mempersepsikan (Characteristics of the perceiver)
• Karakteristik yang dipersepsikan (Characteristics of the perceived)
• Kontek Situasi ( Situation Context)
10.3. Karakteristik Perceiver (orang)
• Kebutuhan (Needs)
• Pengalaman (Experience)
• Norma-norma (Values)
• Sikap (Attitudes)
• Kepribadian (Personality)
10.4. Karakteristik Yang Dipersepsikan
• Penampakan ( Appearance):
• Perilaku (Behavior)
10.5. Proses Pengorganisasian Data Perseptual
• Figure – Ground
• Pengelompokan Perceptual :
- Kesatuan (Closure)
- Kesinambungan (Continuity)
- Kedekatan (Proximity)
- Kesamaan (Similarity)
11. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin yaitu "Comunication" yang berarti "pertukaran pikiran yang sama". Yang dimaksud sama di sini adalah kesamaan akan pengertian terhadap suatu tujuan dari apa yang ingin disampaikan. Dalam melakukan komunikasi terdapat tiga unsur yang menyebabkan terjadinya komunikasi tersebut. Adapun unsur-unsur dimaksud adalah pengirim, berita, penerima. Apabila salah satu unsur tersebut hilang dengan sendirinya komunikasi tidak dapat berlangsung. Jadi dengan terciptanya kesamaan pengertian di antara pihak yang terlibat komunikasi, maka komunikasi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik, begitu pula sebaliknya.
Komunikasi yang baik dalam organisasi merupakan suatu faktor yang penting bagi jalannya suatu organisasi dalam menjalankan aktivitasnya dalam pencapaian tujuan organisasi itu sendiri. Oleh karena itu pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi ini harus mengetahui benar tentang apa yang di komunikasikan.
Berikut akan diuraikan tentang definisi dari komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Handoko (1986:272) mengatakan, "Komunikasi adalah suatu proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang kepada orang lain".
Siagian (1987:51) mengatakan,
Komunikasi adalah arus bahan, informasi, persepsi dan saling pengertian antara berbagai bagian dan kelompok orang dalam berkomunikasi. Semua saluran semua jaringan sistem pertukaran yang sifatnya inter personal dengan menggunakan berbagai media lisan, media visual dan media audio visual.
Adapun Wursanto (987:31) dari Harwood (1953:74) mengemukakan, "Communication is more technically defined as a process for conduction the memories". (Secara teknis komunikasi didefinisikan sebagai proses untuk membangkitkan perhatian orang lain yang bertujuan untuk menjalin kembali ingatan-ingatan).
Sedangkan Wursanto (1987:31) dari Murphy (1957:5) mengatakan: "Communication is the whole process used in reaching other minds". (Komunikasi adalah seluruh proses yang dibutuhkan untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang lain).
Effendi (1990:13) dari Hovlard mangatakan: "Communication is process to modify the behavior of other individual". (Komunikasi adalah proses untuk merubah pikiran orang lain).
Farland seorang ahli komunikasi, dalam bukunya. Pengantar studi ilmu Administrasi dan Manajemen oleh Handayaningrat (1987:94) mengatakan:
Komunikasi adalah proses interaksi atau hubungan satu sama lain yang dikehendaki oleh seseorang dengan maksud dapat diterima dan dimengerti diantata sesamanya. Saling pengertian diantara seseorang, maksud peyampaianya tidak hanya dengan kata-kata, tetapi juga secara tertulis maupun secara lisan.
Dari pengertian dia tas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu arus bahan, informasi, persepsi dari saling pengertian yang berinteraksi dan berhubungan satu sama lain yang dikehendaki oleh seseorang atau kelompok orang dalam organisasi dengan menggunakan semua metode alat dan cara berkomunikasi, baik secara tertulis maupun lisan agar dapat dimengerti dan diterima oleh semua pihak untuk mencapai pikiran-pikiran yang dimaksud oleh orang lain dan membangkitkan perhatian orang lain yang bertujuan untuk menjalin kembali ingatan-ingatan.
12. Peranan Komunikasi dalam organisasi
Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan organisasi/perusahaan. Tanpa adanya komunikasi dengan baik antara pihak-pihak yang ada dalam organisasi/perusahaan, bukan tidak mungkin dapat mengakibatkan terhambatnya proses manajemen didalam organisasi tersebut. Untuk itulah dibutuhkan terciptanya komunikasi yang baik dalam organisasi/perusahaan demi kelancaran di dalam melaksanakan aktifitasnya.
Komunikasi yang baik akan menciptakan iklim atau suasana kerja yang sehat, yang secara otomatis akan dapat meningkatkan kreaktifitas dan produktivitas para karyawan yang ada di dalam organisasi/perusahaan tersebut.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa komunikasi memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan kegiatan sebuah organisasi/perusahaan.
Wursanto (1987:29) mengatakan bahwa peranan komunikasi dalam sebuah organisasi/perusahaan dapat dilihat dari:
1. Menimbulkan kesetiakawanan dan loyalitas antara:
a) Para bawahan dengan atasan/pimpinan
b) Bawahan dengan bawahan
c) Atasan dengan atasan
d) Pegawai dengan perusahaan/instansi bersangkutan
2. Meningkatkan kegairahan bekerja para pegawai
3. Meningkatkan moral dan disiplin yang tinggi pegawai.
4. Dengan mengadakan komunikasi semua jajaran pimpinan dapat mengetahui keadaan bidang yang menjadi tugasnya, sehingga akan berlangsung pengendalian operasiaonal yang efisien.
5. Dengan komunikasi semua pegawai dapat mengetahui kebijaksanaan, peraturan-peraturan, ketentuan-ketentuan, yang telah ditetapkan oleh pimpinan.
6. Dengan komunikasi semua informasi, keterangan-keterangan yang dibutuhkan oleh para pegawai dapat dengan cepat diperoleh.
7. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap semua pegawai.
8. Menimbulkan adanya saling pengertian diantara para pegawai dan saling menghargai dalam melaksanakan tugas masing-masing.
9. Mengingkatkan kerjasana (teawork) diantara para pegawai.
10. Semua itu akhirnya akan miningkatkan semangat korps atau esprit de corps dikalangan pegawai.
11. Komunikasi merupakan suatu cara untuk memperoleh keterangan yang diperlukan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.
12. Komunikasi merupakan suatu cara untuk menjelaskan persepsi-persepsi atau penglihatan-penglihatan dan hal-hal yang diharapkan dari suatu tanggung jawab.
13. Komunikasi adalah suatu cara untuk mendorong manusia kearah cara pikir kreatif.
14. Komunikasi adalah suatu cara untuk memenuhi keingin-tahuan manusia. Orang tertarik pada perkembangan-perkembangan yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Dengan hanya melalui saluran-saluran terbuka dan formal saja, organisasi tidaklah mungkin dapat memenuhi perasaan ingin tahu dari anggotanya.
15. Komunikasi pekerjaan kantor, baik formal maupun informal, tidak saja hanya memerlukan benteng terhadap desas-desus intern, tetapi juga merupakan pemisahan yang melindungi anggota organisasi dari gangguan-gangguan yang mungkin timbul akibat berita-berita yang berhubungan dengan pekerjaan yang datangnya dari luar.
16. Komunikasi penting bagi suatu organisasi perusahaan sebab merupakan salah satu alat yang utama bagi anggota organisasi untuk bekerja sama.
17. Komunikasi penting bagi bagi keputusan. Jika tidak dapat dikomunikasikan kepada pejabat lainnya, keputusan seorang pimpinan tidak mempengaruhi nilai. Kenyataan, tanpa proses komunikasi terus-menerus keputusan tidak dapat dibuat pada instansi pertama.
18. Komunikasi memberikan pengertian sebahagian dari suatu bagian tujuan. Arus informasi dari pejabat-pejabat, bawahan-bawahan penting dalam memungkinkan pemimpin tertinggi untuk mengetahui apakah komunikasi telah dilaksanakan.
SUPERVISI PENDIDIKAN
A. Pengertian Supervisi Pendidikan
Dalam konsep klasik tergambarkan bahwa supervisi dianggap sebagai inspeksi, sehingga menyebabkan mereka yang dijadikan sebagai objek supervisi merasa takut dan tidak bebas melakukan tugas serta merasa terancam dan takut menghadapi supervisor. Sebagaimana disebutkan dalam kurikulum (1994:4) bahwa, “Supervisi adalah bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk mengembangkan situasi belajar yang lebih mengajar yang lebih baik.
Dalam konteks tersebut di atas mengisyaratkan bahwa supervisi hal ini bukan lagi berupa inspeksi dari orang merasa lebih tahu (superior) kepada orang yang dianggap belum tahu sama sekali.
Pada hakekatnya supervisi merupakan suatu aktivitas yang kontinyu dan konsisten yang diarahkan untuk memberikan pengarahan langsung terhadap aktivitas-aktivitas bawahannya. Sehubungan hal tersebut, Ali Imron (1995:10) mendefinisikan, “Supervisi adalah serangkaian bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar”.
Dengan demiikian, supervisi tidak hanya sekedar meniai performance guru dalam proses pembelajaran, tetapi hal sangat mendasar adalah melakukan upaya peningkatan mutu proses pembelajaran, dan pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
B. Tujuan Supervisi Pendidikan
Supervisi adalah suatu kegiatan yang bersifat memberikan bantuan bagi guru dalam mengembangkan kemampuannya dalam proses pembelajaran, yang meliputi keterampilan, mengajar, dan komitmen atau motivasi guru. Dengan demikian, kegiatan supervisi berkaitan erat dengan penilaian guru sebagai pendidikan melalui aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Menurut Atembun dari website www. applikasi.wordpress.com (2008), bahwa:
1. Tujuan umum supervisi adalah :
• Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri.
• Membina orang-orang yang disupervisi menjadi manusia pembangunan dewasa yang berpancasila.
• Perbaikan situasi pendidikan dan pengajaran pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.
2. Tujuan khusus supervisi adalah :
• Membantu guru-guru lebih memahami tujuan pendidikan yang sebenarnya
• Membantu guru-guru untuk dapat lebih memahami dan menolong murid
• Memperbesar kesanggupan guru mendidik murid untuk terjun ke msyarakat
• Memperbesar kesadaran guru terhadap kerja yang demokratis dan kooperatif
• Membesar ambisi guru untuk berkembang
• Membantu guru-guru untuk memanfaatkan pengalaman yang dimiliki
• Memperkenalkan karyawan baru kepada sekolah
• Melindungi guru daru tuntutan tak wajar dari masyarakat
• Mengembangkan professional guru
Dari kutipan di atas perlu digarisbawahi bahwa supervisi yang baik adalah yang mampu merefelsi tujuan-tujuan tersebut, sehingga mampu merubah perilaku mengajar guru ke arah yang lebih baik dan berkualitas, sehingga mampu melahirkan siswa-siswa yang berprestasi.
C. Prinsip-prinsip Supervisi Pendidikan
Pelaksanaan supervisi di lingkungan lembaga pendidikan difokuskan pada bagaimana cara mengubah pola para supervisor yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang konstruktif dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi yang menyebabkan guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subjek yang mampu mengaktualisasikan dirinya untuk menjadi seorang yang profesional.
Prinsip supervisi dalam kurikulum SMA (1994:4) terdiri atas prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum supervisi adalah harus bersifat praktis, hasil supervisi harus berfungsi sebagai sumber informasi bagi staf sekolah untuk pengembangan mutu proses pembelajaran. Prinsip khusus suipervisi adalah sistematis, objektif, realistis, antisipatif, komunikatif, kreatif, koperatif dan kekeluargaan. Sedangkan menurut Sahertian (2000:20) meliputi prinsip ilmiah, demokratis, kerjasama, konstruktif dan kreatif.
Dengan demikian, peran dan keberadaan supervisor semakin diperlukan tidak hanya untuk memberikan bimbingan, bantuan dan pembinaan kepada guru untuk meningkatkan kinerja dalam pengelolaan pembelajaran, tetapi yang lebih penting adalah sebagai “perekat” bagi warga sekolah, sehingga dapat saling bekerja sama mendukung tercapainya tujuan sekolah. Namun demikian, implementasi supervisi di lapangan masih sangat bervariasi. Bahkan di beberapa sekolah, supervisi tidak dapat berjalan dengan optimal dan efektif dikarenakan oleh beberapa faktor, antara lain kurang memadainya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman supervisor, termasuk pengawas dan kepala sekolah, maupun pemahaman guru tentang supervisi yang belum memadai. Oleh karena itu, baik supervisor maupun guru dan pihak– pihak yang disupervisi perlu secara pro aktif menambah pengetahuan dan pemahaman mereka tentang supervisi agar terjalin keterpaduan dan kerjasama sinergi dalam menunjang pelaksanaan supervisi di sekolah.
D. Kendala-kendala dalam Pelaksanaan Supervisi
Supervisi pada hakikatnya merupakan upaya pembinaan kepada penyelenggaraan dan unsur-unsur yang terlibat dalam pendidikan untuk menuju ke arah yang lebih baik melalui pembinaan-pembinaan. Namun demikian di lapangan masih ditemui kendala-kendala, menurut Atembun dari website www. applikasi.wordpress.com (2008):
“Kendala dalam pelaksanaan supervisi masih ditemui, di antaranya adalah adanya persepsi bahwa supervisi dititikberatkan pada tindakan inspeksi, sehingga kegiatan tersebut menggambarkan pihak yang datang ke sekolah, untuk mencari segala kesalahan dan memberikan sanksi. Masalah lain adalah tingkat kompetensi tenaga pengawas yang relatif kurang, karena ada sebagian oknum yang memanfaatkan jabatan fungsional ini sebagai batu loncatan untuk memperpanjang masa kerja atau menghindari masa pensiun.”
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan mencari solusi, Atembun dari website www. applikasi.wordpress.com (2008) memberikan solusi:
“Untuk itu perlu disosialisasikan kepada subjek maupun objek supervisi, bahwa kegiatan supervisi merupakan upaya bersama-sama semua pihak penyelenggara kegiatan untuk mencapai tujuan secara sinergis dengan pembinaan-pembinaan secara kosisten berkesinambungan, mencari masukan-masukan tentang hal-hal yang dianggap menjadi penghambat bagi pengembangan pendidikan, untuk dijadikan sebagai bahan informasi kepada pihak yang berkompeten. Di samping itu, untuk mengangkat seseorang menjadi pengawas harus diuji kompetensi, berdasarkan latar belakang minat dan unsur-unsur lainnya.
E. Peranan Supervisi dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
Fungi utama supervisi pendidikan adalah upaya perbaikan dan peningkatan mutu pengajaran serta membina program pengajaran sehingga selalu ada usaha perbaikan. Swearingen dalam Piet Sahertian (2000:21) mengemukakan delapan fungsi supervisi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan antara lain :
a. Mengkoordinir semua usaha sekolah
b. Memperlengkapi kepemimpinan sekolah
c. Memperluas pengalaman guru-guru
d. Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif
e. Memberi fasilitas dan penilaian terus-menerus
f. Menganalisis situasi belajar-mengajar
g. Memperlengkapi setiap anggota staf dengan pengetahuan dan keterampilan yang baru
h. Memberik wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru.
Upaya peningkatan mutu pendidikan melalui supervisi sebagaima oleh LPMP DKI Jakarta pada website www.lpmpdki.web.id dilaksanakan melalui :
• Menyiapkan bahan penyusunan instrumen pemetaan dan supervisi mutu pendidikan
• Menyusun instrumen pemetaan dan supervisi mutu pendidikan
• Menyusun panduan pemetaan dan supervisi mutu pendidikan
• Melaksanakan pemetaaan dan supervisi mutu
• Melakukan analisis data pemetaaan dan supervisi mutu pendidikan Melakukan publikasi dan rekomendasi hasil pemetaan dan supervisi pendidikan
• Melakukan program tindak lanjut pemetaan dan supervisi mutu pendidikan.
Dalam menunjang pengembangan mutu pendidikan seorang supervisor menjalankan tugas pokoknya harus menurut Sehartian (2000:4) harus :
a. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan dan dikembangkan dalam proses pembelajaran.
b. Melaksanakan monitoring dan evaluasi tingkat kompetensi berdasarkan, latar belakang pendidikan apakah sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkannya, keaktifan guru dalam mencari informasi terbaru terhadap perkembangan IPTEK yang relevan dengan materi pelajaran yang diajarkannya, partisipasi dalam mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang relevan dengan materi yang diajarkannya misalnya melalui organisasi profesi, mengikuti workshop, pendidikan dan pelatihan, seminar dan hubungan dengan dunia usaha serta pihak terkait.
c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap disiplin kerja guru-guru, termasuk minat, bakat dan penalarannya.
d. Melaksanakan tinjauan terhadap keadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan praktikum dan proses pembelajaran lainnya.
Sehingga dari pelaksanaan supervisi dijadikan bahan untuk pembuatan kebijakan dan rencana pengembangan untuk ditindaklanjuti, sehingga program peningkatan kualitas, kompetensi dan daya saing lulusan tepat sasaran.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan supervisi sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan.
MANAJEMEN SUMBER DAYA PENDIDIKAN
1. Hakikat manajemen
Manajemen adalah suatu gambaran dari pemikiran kreatif yang merupakan perpaduan dari seni dan pengetahuan, dan merupakan suatu upaya pembuatan keputusan untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.
2. Sumber Daya Manajemen
Untuk mengoptimalkan sumber daya manajemen, ada beberapa unsur dan komponen yang harus diberdayakan yang lazim disebut dengan 6-M, antara lain:
a. Men:
Adalah komponen suatu organisasi yang lazim disebut dengan sumber daya manusia, dimana mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi mulai dari pucuk pimpinan sampai dengan bawahan.
b. Materials:
Adalah sarana dan prasarana yang dipergunakan oleh para anggota organisasi atau staf dalam melaksanakan tugasnya.
c. Methods:
Adalah strategi yang diterapkan oleh manajer suatu organisasi dalam upaya melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
d. Machine:
Adalah seperangkat alat yang dipergunakan oleh suatu organisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, hal ini dapat berupa peralatan mesin, elektronika, kendaraan operasional dan lain-lainnya.
e. Money:
Adala biaya yang diperlukan dipergunakan oleh suatu organisasi dalam menunjang operasional kegiatannya.
f. Markets:
Adalah orang-orang yang menggunakan produk barang atau jasa dari kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi.
3. Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi-fungsi adalah suatu rangkain kegiatan administrasi yang lazim dalam suatu organisasi yang terdiri dari :
a. Planning (Perencanaan)
Adalah suatu proses pemikiran secara matang dan akurat tentang hal-hal yang akan dikerjakan oleh suatu organisasi dalam melaksanakan tugas dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
b. Organizing (Pengorganisasian)
Adalah suatu upaya pengorganisiran kegiatan yang akan dilakukan oleh suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
c. Actuiting (Penggerakan)
Adalah suatu strategi yang diterapkan oleh organisasi dalam meningkatkan motivasi staf agar bekerja lebih produktif dan berkinerja tinggi.
d. Controlling (Pengawasan)
Adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk mengawasi secara cermat dan akurat kegiatan yang telah dilakukan untuk menghindari penyelewengan dan penyimpangan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi, agar sesuai dengan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya.
4. Ruang lingkup masing-masing fungsi manajemen
Dalam melalui tahapan rangkaian kegiatan suatu organisasi sejak dari perencanaan sampai dengan pengawasan, seorang manajer harus selalu mengoptimalkan sumber daya (6-M) yang ada, sehingga pencapaian tujuan dapat berjalan lebih maksimal, lebih efektif dan efisien.
Adapun rangkaian tahapan masing-masing fungsi manajemen dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Planning (Perencanaan).
Ruang lingkup kegiatan perencanaan terdiri dari :
• Policies (Kebijakan) :
Merumuskan kebijakan rencana pengembangan institusi dengan mengoptimalkan sumber daya pendidikan yang dimiliki. Untuk merumuskan kebijakan rencana pengembangan, hal yang perlu diperhatikan adalah melihat potensi dan kelemahan dengan membuat analisis SWOT (Strenght/kekuatan, Weakness/kelemahan, Opportunity/ peluang dan Threatness/Ancaman). Dengan membuat analisis SWOT, maka seorang manajer dalam merumuskan kebijakan rencana pengembangan harus meminimalisir kelemahan, dan memaksimalkan kekuatan sebagai potensi yang harus dikembangkan.
• Procedur (Penetapan prosedur) :
Seorang manajer harus mempelajari prosedur yang harus dipenuhi dalam membuat suatu perencanaan, dengan tetap mengacu kepada peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku, petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya.
• Methods (Metode)
Seorang manajer dalam membuat perencaan harus membuat suatu strategi atau metode yang efektif, sehingga visi dan misi organisasi dapat tercapai lebih efektif dan efisien.
b. Organizing (Pengorganisasian).
Ruang lingkup kegiatan pengorganisasian terdiri dari :
• Work Division (Pembagian Tugas)
Untuk melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tujuan, maka suatu organisasi membagi tugas ke dalam beberapa unit kerja, dimana masing-masing unit kerja dalam organisasi ini mempunyai tanggung jawab dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Namun demikian, walaupun masing-masing unit kerja memiliki tanggung jawab yang berbeda, namun memiliki visi, misi dan tujuan yang sama.
• Assigning Work (Penyerahan tugas)
Setelah seseorang telah bergabung menjadi staf suatu organisasi, setelah mereka ditempatkan dalam unit-unit kerja tertentu, maka atasan atau manajer memberikan dan menyerahkan tugasnya. Dimana masing-masing staf mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya, yang selanjutnya setiap tugasnya dipertanggungjawabkan dan dibawah pengawasan dan bimbingan langsung dari atasannya.
• Organizational Human Needs (Mengorganisasi Kebutuhan Staf)
Sebelum memberikan tugas kepada staf, maka seorang manajer harus menganalisis kebutuhan staf dalam melaksanakan tugasnya. Kebutuhan staf yang perlu dianalisis tidak hanya dari sisi material yang meliputi alat-alat yang dibutuhkan dalam melaksanakan tugas, pendapatan yang diinginkan dan lainnya , namun juga spiritual berupa dukungan, motivasi dan penghargaan.
• Authority Delegation (Pendelegasian wewenang)
Seorang manajer yang berhasil mengelola dalam orgnasasi bukanlah seorang yang bekerja sendiri, tetapi seorang manajer yang mampu mendistribusikan pekerjaan secara proporsional ke masing-masing unit-unit kerjanya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini lazim disebut dengan Authority Delegation (Pendelegasian wewenang).
• Providing Workplace (Penyediaan sarana dan prasarana kerja)
Untuk melaksanakan tugasnya, maka hal yang sangat berpengaruh terhadap lancarnya suatu kegiatan, adalah tersedianya sarana dan prasarana kerja. Untuk itu, maka sudah selayaknya bila organisasi tersebut melengkapi sarana dan prasarana yang layak dan memadai.
c. Actuiting (Penggerakan).
Ruang lingkup kegiatan penggerakan terdiri dari :
• Satisfying Human Needs (Kepuasan Kebutuhan Manusia)
Agar staf mempunyai motivasi kerja yang tinggi, maka seorang manajer harus mengetahui apa yang dibutuhkan oleh staf, kebutuhan staf antara lain :
a. Kebutuhan rasa aman dan nyaman dalam bekerja
b. Dukungan dan kerja sama yang baik dalam organisasi.
c. Kebutuhan material dan spiritual
Dengan terpenuhi kebututuhan, maka staf akan puas terhadap kepemimpinannya dan dapat meningkatkan motivasi dan kinerja stafnya.
• Leadership (Kepemimpinan)
Dalam pencapaian tujuan, serta pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan organisasi secara efektif dan efisien, faktor kepemimpinan sangat berpengaruh. Untuk itu maka seorang manajer harus ditunjang dengan:
a. Pemahaman tugas pokok, fungsi dan tujuan organisasi yang matang.
b. Kemampuan berkoordinasi dan bersinergi dengan unit organisasi lainnya
c. Kemampuan human relation dan public relation yang baik.
d. Gaya kepemimpinan yang efektif yang mampu memotivasi kerja staf.
• Communication (komunikasi)
Seorang manajer harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik, yang mampu membangun informasi yang efektif baik kepada khalayak atau stakeholders di luar organisasi maupun kepada staf dalam organisasi. Dengan adanya kemampuan komunikasi dengan publik di luar organisasi maka khalayak akan mengetahui eksistensi organisasi, sedangkan dengan adanya kemampuan komunikasi dalam organisasi, maka manajer tersebut dapat memberikan sosialisasi tentang hal-hal baru, serta membangun kekompakan dalam mencapai tujuan organisasi secara bersama-sama.
• Development (Pengembangan)
Untuk meningkatkan kinerja staf diperlukan upaya pengembangan, sehingga staf tersebut dapat mengaktualisasikan dirinya dalam mengemban tugasnya. Upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui: Penataran, seminar, pendidikan dan latihan singkat, serta memberikan kesempatan kepada staf untuk menempuh pendidikan lebih lanjut yang relevan dengan pelaksanaan tugasnya.
• Incentives (insentif)
Agar staf memiliki disiplin dan motivasi kerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya, maka diperlukan suatu penghargaan yang layak dan proporsional. Salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan motivasi staf adalah dengan memberikan insentif, berupa uang lelah yang sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawabnya.
d. Controlling (Pengawasan).
Ruang lingkup kegiatan pengawasan terdiri dari :
• Reports (Pelaporan)
Agar dalam melaksanakan tugasnya tidak terjadi penyimpangan dalam pencapaian tujuan organisasi, maka diperlukan suatu pelaporan yang sifatnya berkala, bulanan, triwulanan, semesteran dan tahunan.
• Quality (Kualitas)
Hal-hal yang perlu dilaporkan dalam membuat laporan adalah capaian yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan dari sisi kualitasnya, misalnya dampak yang dirasakan, serta outcome yang diperoleh masyarakat terhadap hasil kegiatan yang telah dilakukan.
• Quantity (Kuantitas)
Selain itu, capaian yang harus dilaporkan adalah juga harus dari sisi kuantitas yang telah dihasilkan, misalnya berapa angka partisipasi kasar yang dicapai, berapa jumlah sekolah yang sudah dibangun dan berapa guru yang telah melaksanakan penataran.
• Time Use (Penggunaan waktu)
Dalam membuat laporan kegiatan agar sesuai dengan yang telah direncanakan, harus berpatokan kepada waktu, misalnya kapan waktu itu dilaksanakan, berapa lama waktu yang diperlukan. Dengan adanya laporan dari sisi waktu, akan dicapai efektifitas dan efisiensi waktu
• Cost (Anggaran)
Pembuatan laporan juga harus memuat dana atau anggaran yang telah dilakukan masing-masing kegiatan, seberapa jauh penggunaan dana yang telah dibelanjakan, apakah sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam rencana anggaran dan pembiayaan.
• Audits (audit)
Agar tidak terjadi penyimpangan dana, maka setiap laporan harus memuat berapa dana yang diterima dan dibelanjakan, selain itu juga pada laporan akhir harus mengevaluasi kegiatan melalui dampak, outcome, dan waktu. Setiap penerimaan dan pengeluaran harus dibukukan secara cermat, dan untuk itu juga diperlukan audit terhadap pembukuan yang telah dibuat dalam melaksanakan tugasnya.
METODE PENELITIAN
1. Latar Belakang Perlunya Sistem Informasi Manajemen
a. Pengaruh globalisasi
b. Perubahan lingkungan bisnis
c. Perkembangan dunia pendidikan
2. Pengertian Sistem Informasi Manajemen
2.1. Sistem :
2.1.1. Pengertian
• Metode atau urutan yang teratur
• Metode atau skema (rancangan) yang membimbing atau mengatur, metode prosedur atau klasifikasi.
• Seperangkat doktrin atau prinsip yang terorganisasi biasanya dirancang atau menjelaskan susunan atau fungsi dari keseluruhan.
• Sekelompok objek atau satuan yang tergabung untuk membentuk suatu keseluruhan dan bekerja, berfungsi atau bergerak saling tergantung dan harmonis.
• Suatu jaringan kerja (network) yang terdiri dari prosedur-prosedur yang berhubungan satu sama lain yang tergabung bersama-sama untuk membentuk suatu kegiatan atau untuk mencapai sasaran spesifik.
• Suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah variabel yang berinteraksi.
2.1.2. Fungsi Sistem :
• Menerima masukan.
• Mengolah Masukan
• Menghasilkan keluaran.
2.1.3. Perbedaan sistem dan prosedur
• Sistem pada dasarnya adalah suatu susunan yang teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama lain dan prosedur-prosedur yang berkaitan yang melaksanakan dan memudahkan pelaksanaan kegiatan dari suatu organisasi.
• Prosedur merupakan rangkaian tepat terdiri dari institusi, langkah demi langkah yang menjelaskan apa, siapa, kapan dan bagaimana melaksanakan, mengapa. Prosedur mengemukakan bagaimana komponen-komponen dibuat menjadi keseluruhan.
2.1.4. Manfaat Sistem :
• Untuk mencegah rancunya dalam kerumitan struktur organisasi dan rincian pekerjaan.
• Menyadari perlunya memiliki tujuan-tujuan yang baik.
• Menekankan pentingnya kerjasama semua bagian dalam organisasi.
• Mengakuti keterkaitan organisasi dengan lingkungannya.
• Memberikan penilaian yang tinggi pada informasi umpan balik yang hanya dapat dicapai dengan cara seperti lingkaran tertutup.
2.2. Informasi :
2.2.1. Pengertian Informasi :
• Data yang telah terproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi penerima dan memiliki nilai yang nyata, yang dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan saat ini maupun saat yang akan datang.
• Hasil pemrosesan data yang diperoleh oleh setiap elemen sistem tersebut menjadi bentuk yang mudah dipahami dan merupakan pengetahuan yang relevan dan dibutuhkan dalam pemahaman fakta-fakta yang ada.
• Sebuah pernyataan yang menjelaskan suatu peristiwa (objek atau konsep) sehingga manusia dapat membedakan suatu denganyang lainnya.
• Kumpulan data yang telah diolah baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif dan memiliki arti lebih luas.
• Data yang sudah diolah sehingga berguna untuk pembuatan keputusan.
2.3. Pengertian Sistem Informasi :
Sekelompok komponen yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan. Masing-masing komponen memiliki fungsi yang berbeda dengan yang lain, tetapi tetap dapat bekerja sama.
2.4. Pengertian Manajemen
• Menurut A.S. Moenir memberi pendapat bahwa "Manajemen pada hakekatnya berfungsi untuk melakukan semua kegiatan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas-batas kebijaksanaan umum yang telah ditentukan pada tingkat administrasi."
• Ada definisi lain tentang manajemen yang dikemukakan oleh SP Siagian, bahwa "Manajemen adalah sebagai kemampuan atau keterampilan memperoleh hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui orang-orang lain."
• Manajemen adalah rangkaian kegiatan/proses yang melibatkan orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang telah disepakati bersama.
• Dari definisi-definisi tersebut di atas, dapat dimengerti bahwa manajemen merupakan suatu proses/usaha dalam kegiatan pencapaian tujuan tertentu melalui kerjasama dengan sekelompok orang, dengan pembagian tugas yang jelas serta menggunakan alat-alat tertentu pula untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.4. Pengertian Sistem Informasi Manajemen :
• Sebuah sistem manusia dan mesin yang terpadu untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan proses pengambilan keputusan sebuah organisasi.
• Suatu metode yang menghasilkan informasi yang tepat waktu bagi manajemen tentang lingkungan eksternal dari operasi internal sebuah organisasi dengan tujuan untuk menunjang pengambilna keputusan dalam rangka memperbaiki perencanaan dan pengendalian.
• Suatu sistem informasi yang memungkinkan piminan organisasi mendapatkan informasi dengan kuantitas dan kualitas yang tepat untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
• Sistem yang dirancang untuk menyajikan informasi pilihan yang berorientasi kepada keputusan yang diperlukan oleh manajemen, guna merencanakan, mengawasi dan menilai aktivitas organisasi yang dirancang dalam kerangka kerja yang menitikberatkan pada perencanaan keuntungan, perencanaan penampilan dan pengawasan pada semua tahap.
• Proses komunikasi dimana output direkam, disimpan dan diambil kembali untuk menyajikan keputusan yagn berbentuk output mengenai perencanaan, pengoperasian dan pengawasan.
• Perpaduan antara sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang berlandaskan komputer yang menghasilkan kumpulan penyimpanan, perolehan kembali, komunikasi dan pengunaan data untuk tujuan operasi manajemen yang efissien dan bagi perencanaan bisnis.
• Sebuah sistem yang berbasis komputer yang menyediakan informasi untuk kebutuhan bagi pemakainya.
• Metode yang formal yang menyediakan bagi pihak manajemen sebuah informasi yang tepat waktu, dapat dipercaya untuk mendukung proses pengambilan keputusan bagi perencanaan, pengawasan dan fungsi operasi sebuah organisasi yang lebih efektif.
• Merupakan suatu sistem pemrosesan data spesifik yang dirancang untuk melengkapi manajemen dengan informasi mutakhir, signifikan dan proyektif dalam waktu yang nyata.
• Produknya dalam bentuk informasi yang akan disajikan kepada fungsi-fungsi lain yang relevan membutukan, salah satunya adalah fungsi kepemimpinan, dimana piminan membutuhkan informasi terutama untuk membuat keputusan. Karena itulah manajemen perkantoran modern yang berkaitan dengan ketatausahaan mengolah informasi dengan data SIM.
2.5. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan :
Perpaduan sumber daya manusia dan aplikasi teknologi informasi untuk memilih, menyimpan, mengolah, mengambil kendali data dalam rangka mendukung proses pengambilan keputusan bidang pendidikan.
Suatu sistem yang dirancang untuk menyediakan informasi guna mendukung pengambilan keputusan pada kegiatan manajemen (perencanaan, penggerakan, pengorganisasian dan pengawasan) dalam lembaga pendidikan.
3. Keuntungan Sistem Informasi yang baik :
• Mempercepat pembuatan keputusan.
• Menghalangi pesaing baru untuk memasuki pasar.
• Memungkinkan kerjasama dengan organisasi lain, bahkan dengan pesaing.
• Menciptakan organisasi virtual (sesuai dengan kebutuhan).
4. Karakteristik Informasi yang baik :
• Akurat : Menggambarkan kondisi objek sesunggunya.
• Tepat waktu : Informasi harus tersedia sebelum keputusan dibuat.
• Lengkap : Mencakup semua yang diperlukan oleh pembuat keputusan.
• Relevan : Berhubungan dengan keputusan yang diambil.
• Terpercaya : Isi informasi dapat dipercaya (reliable).
• Terverifikasi : Dapat dilacak ke sumbernya
• Mudah dipahami : Informasi harus siap dipahami oleh si pembacanya.
• Mudah diperoleh : Informasi yang sulit diperoleh bisa tidak berguna.
5. Hubungan antara tingkat sistem informasi dengan perangkat pendukung.
a. Sistem Pakar :
• Fungsi : Menggantikan manusia dalam pengambilan keputusan.
• Pemakai : Manajemen semua level
• Jenis : Keputusan struktur dan tidak terstruktur.
b. Sistem Pemandu Keputusan :
• Fungsi : Membantu manajemen dalam mengambil keputusan.
• Pemakai : Manajemen puncak.
• Jenis : Tidak terstruktur.
c. Sistem Informasi Manajemen :
• Fungsi : Menyediakan berbagai bentuk informasi.
• Pemakai : Manajemen madya.
• Jenis : Keputusan semi terstruktur.
d. Sistem Pemrosesan :
• Fungsi : Mencatat berbagai bentuk dan transaksi.
• Pemakai : Manajemen bawah.
• Jenis : Keputusan terstruktur.
e. Sistem Manajemen Database:
• Tempat untuk menampung data yang dicatat oleh sistem yang lain dan data ini akan diolah.
f. Komputer, program dan komunikasi :
• Digunakan untuk mengolah data dan mengirim hasil pengolahan ke tempat lain yang memerlukan.
g. Dokumen, prosedur dan kontrol :
• Digunakan untuk memperlancar dan meningkatkan kualitas sistem informasi.
6. Manajemen Berbasis Teknologi Informasi :
Proses manajemen dalam organisasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teknologi informasi dalam pengambilan keputusan. Untuk maksud tersebut perlu menempatkan sistem/teknologi dalam suatu organisasi dilaksanakan secara bertahap dari lini terendah dalam organisasi sampai lini yang lebih tinggi sesuai dengan keperluan organisasi terhadap informasi (dengan pertimbangan security dan safety).
Karena sifatnya teknologi (berkembang cepat), kedudukannya harus sesuai dengan kompetensi dalam organisasi. Sumber daya manusia dalam pengelolaan informasi harus mendapatkan kompensasi (remunerasi) yang sepadan dengan pengetahuan dan kemahiran teknologi informasi, dalam hal karir SDM telah ditawarkan dalam jabatan fungsional pranata komputer.
7. Penggunaan Teknologi Informasi dalam fungsi manajemen (Zulkifli Amsyah) :
a. 30% untuk perencanaan.
b. 15% untuk pengorganisasian.
c. 25% untuk penyusunan staf.
d. 5% untuk pengarahan.
e. 80% untuk pengawasan.
8. Penggunaan Teknologi Informasi dalam pembelajaran.
Dalam bidang pendidikan, proses pembelajaran merupakan tugas pokok seorang tenaga pengajar baik pada tingkatan dasar sampai dengan perguruan tinggi. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengusahakan peserta didik mengetahui, memahami, dapat menyampaikan kembali materi pembelajaran yang diberikan guru atau dosen. Untuk membantu efektifitas pencapaian tersebut berbagai cara telah dilakukan oleh pengajar dengan berbagai metode dan alat bantu agar peserta didik dapat menerima dan memahami ilmu pengetahuan.
Penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran merupakan aplikasi alat bantu proses belajar mengajar dengan menggunakan komputer/ICT. Komputer/ICT sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus mampu memposisikan dirinya sebagai “kitchen” yang mampu mengolah dan memroses segala data/fakta/bahan dan mentransformasikan menjadi informasi/karya/produk sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Unutk itu, guru diharapkan dapat memanfaatkan kemahiran menggunakan komputer untuk mengelola tugas-tugas sebagai pendidik.
MATERI V
MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DAN OTONOMI DAERAH
A. Manajemen Pendidikan Nasional
Dalam melaksanakan manajemen pendidikan nasional, ada beberapa produk hukum yang menjadi dasar :
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan negara adalah ”Mencerdaskan kehidupan Bangsa”.
2. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31 yang menyebutkan bahwa ”setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”.
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Selain itu masih banyak lagi peraturan perundang-undangan yang mengatur lebih detil tentang sistem pendidikan, berdasarkan tingkatan, jenis, organisasi dan sisi lainnya.
Namun demikian dalam mengembangan manajemen pendidikan di Indonesia harus tetap berpegang kepada bebera unsur, yaitu :
1. Unsur Filsafat, yaitu falsafah yang dipegang teguh oleh negara dan bangsa dalam melaksanakan pendidikan.
2. Unsur isejumlah manusia, yaitu suatu pendekatan dalam manajemen pendidikan yang menganalisis orang-orang berkompeten yang terlibat dalam pengembangan manajemen pendidikan.
3. Unsur kerjasama, yaitu dalam membangun sistem pendidikan diperluakan suatu kerjasama yang solid antara pihak-pihak yang berkompeten di dunia pendidikan.
4. Unsur tujuan bersama, yaitu suatu sinergitas antara pihak-pihak yang berkompeten dalam mencapai tujuan bersama dalam dunia pendidikan, untuk menghasilkan manusia Indonesia yang menguasai IPTEK dan IMTAQ.
Selain itu Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional 2007-2012 telah menetapkan 3 pilar pembangunan bidang pendidikan yang meliputi :
1. Pemerataan dan perluasan akses pendidikan
2. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing bangsa.
3. Peningkatan good governance, akuntabilitas dan pencitraan publik.
Kurikulum sekolah masih menerapkan sistem sentralisasi dimana telah mengalami beberapa pergantian kurikulum, hal ini merupakan upaya pencarian sistem yang dianggap terbaik untuk mencapai sistem pembelajaran yang efektif guna menghasilkan lulusan yang berkualitas dan memiliki daya saing.
Adapun jenjang pendidikan dalam manajemen pendidikan sebagai tersebut tabel di bawah ini.
JENIS, JENJANG PENDIDIKAN DI INDONESIA
No. Jenis Jenjang Pendidikan Nama Pendidikan
1 Formal Dasar SD, MI
SMP, MTs
Menengah SMA, SMK, MA, MAK
Tinggi Diploma, Strata 1, Magister, Doktor, Spesialis
2 Non Formal Kursus-kursus, pendidikan dan latihan singkat
3 Informal Pendidikan dalam keluarga
B. Otonomi Daerah
Pada dasarnya Undang-Undang Noomor 22 Tahun 1999 memberikan otoritas yang penuh kepada daerah untuk mengembangkan potensi wilayahnya sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi. Begitu pula dalam hal pendidikan, setiap daerah diberi wewenang penuh untuk mengelolanya sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dari aspek latar budaya, agama bahkan sampai dengan besarnya anggaran.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah Provinsi NAD telah mengeluarkan qanun Nomor 6 Tahun 2006, yang secara eksplisit merumuskan :
1. Kurikulum pada sekolah disesuai dengan kebutuhan daerah, berdasarkan jenis dan jenjang tetapi tetap mengacu kepada Kurikulum Nasional.
2. Kurikulum yang diimplementasikan harus bernuansa Islami dan bersifat terpadu.
Selain itu juga telah diterapkan manajemen berbasis sekolah yang pada intinya adalah memberikan wewenang sekolah untuk mengelola lembaganya sesuai dengan potensi dan sumber dayanya. Karena secara otonomi sekolah lebih mengetahui apa yang ingin dikembangkannya.
Langganan:
Postingan (Atom)
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja dalam teori motivasi Maslow menempati peringkat yang tinggi. Sebab ia berkaita...
-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seorang maupun organisasi akan selalu memiliki tujuan...
-
1. Bagaimana sistem informasi manajemen digunakana di seluruh lapisan manajemen pendidikan ? Sekarang ini manusia sud...