BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Penelitian
Pertanian Indonesia adalah pertanian
tropika dimana sebagian besar daerahnya berada di daerah tropis yang langsung
dipengaruhi oleh garis khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua.
Di samping itu pengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lain yang ikut
memberi corak pertanian Indonesia, yaitu bentuknya sebagai kepulauan dan
topografinya bergunung-gunung (Rahim, 2007:3).
Pada prinsipnya,
pertanian Indonesia mempunyai sasaran untuk pembangunan pertanian yang efisien
dan produktif dengan tingkat pendapatan masyarakat tani menyamai pendapatan
rata-rata masyarakat. Dengan demikian diharapkan terjadi pemerataan pendapatan
dikalangan masyarakat. Sedangkan arah pembangunan pertanian untuk mencapai maksud
tersebut dirumuskan berupa perencanaan pertanian regional terpadu dan
konsisten, selaras dengan pembangunan sistem komoditi terpadu dan perencanaan
ekonomi sosial.
Kebijakan pembangunan
yang menempatkan manusia sebagai titik paling pusat dalam segenap upaya
pembangunan, mengasumsikan bahwa setiap warga berhak untuk memperoleh
kesempatan untuk berperan serta dalam pembangunan dan menikmati hasilnya secara
adil dan merata sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Setiap warga negara
berhak atas kesejahteraan yang layak dan berkewajiban ikut serta dalam upaya
mewujudkan kemakmuran rakyat (Soekartawi, 2002:163).
Perkembangan
perekonomian Indonesia pada saat ini diukur oleh maraknya pembangunan pusat
perdagangan. Keberadaan pusat perdagangan merupakan salah satu indikator paling
nyata dalam kegiatan ekonomi masyarakat di suatu wilayah. Menurut bentuk fisik,
pusat perdagangan di bagi menjadi dua yaitu pasar tradisional dan pusat perbelanjaan
modern. Dari sisi kepentingan ekonomi, semakin meningkatnya jumlah pusat
perdagangan, baik yang tradisional maupun modern mendorong terciptanya peluang
kerja bagi banyak orang. Mulai dari jasa tenaga satuan pengamanan, penjaga
toko, pengantar barang, cleaning service,
hingga jasa transportasi. Ini berarti pusat perdagangan ikut serta dalam
mengentaskan masalah pengangguran dan kemiskinan. Namun dari sisi sosial,
keberadaan pasar modern dapat mengancam para pedagang pasar tradisional yang
merupakan golongan ekonomi menengah kebawah (Agung, 2010:73).
Pengembangan dan
perlindungan usaha kecil dan sektor informal harus bertumpu pada mekanisme
pasar yang sehat dan adil. Sektor informal merupakan salah satu kekuatan
pendorong terdepan dalam pembangunan ekonomi, gerak sektor informal sangat
vital untuk menciptakan pertumbuhan dan lapangan pekerjaan. Banyak bidang
informal yang berpotensi untuk diangkat dan digali menjadi salah satu bidang
usaha yang menghasilkan keuntungan dan pendapatan keluarga sekaligus dapat
menyerap tenaga kerja. Usaha berdagang merupakan salah satu alternatif lapangan
kerja informal, pendapatan pedagang informal dapat menjadi tumpuan pendapatan
keluarga.
Sektor informal itu
sendiri memiliki karakteristik seperti jumlah unit usaha dalam skala kecil,
kepemilikan dipegang oleh individu atau keluarga, teknologi yang digunakan
sederhana dan menggunakan tenaga kerja, tingkat pendidikan dan keterampilan
yang masih rendah. Administrasi dan manajemen keuangan yang masih sederhana,
kurang mengenal lembaga keuangan atau menjalin kerja sama dengan lembaga
keuangan lain yang terkait, produktivitas tenaga kerja yang rendah dan tingkat
upah yang relatif rendah, sedangkan sektor formal adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja di tempat
yang memerlukan izin secara khusus mulai dari (proses produksi barang dan jasa)
tempat usaha, pemakaian peralatan atau mesin, produk yang berkaitan dengan
perlindungan konsumen, masalah yang berkaitan dengan dampak lingkungan hidup
sampai penggunaan tenaga kerja (Mulyadi,
2003:125).
Pada umumnya para
pedagang mempunyai tujuan utama mendapatkan laba tertentu (mungkin maksimal)
dan mempertahankan atau semakin berusaha meningkatkannya. Untuk itu usaha
sektor informal dalam perkembangannya yang semakin luas dan nyata perlu dibina
dan dilindungi agar tumbuh menjadi unsur kekuatan ekonomi. Dalam usaha
perkembangan usaha sektor informal sangat diperlukan peranan pemerintah. Dalam
hal ini pemerintah harus selalu berupaya untuk mendorong dan menciptakan iklim
usaha yang kondusif agar usaha kecil tersebut dapat terus tumbuh dan berkembang
dengan baik. Dengan demikian, usaha kecil akan menjadi kekuatan ekonomi yang
tangguh dan mandiri serta dapat memperkuat struktur perekonomian nasional
sehingga usaha kecil benar-benar menjadi tulang punggung perekonomian nasional (Prawirokusumo,
2001:164).
Sektor informal hampir
semua sektor bisnis, seperti pedagang asongan, pedagang buah, pedagang kaki
lima, dan sebagainya. Begitu besar jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam hal
ini sehingga pemerintah terus memberi perhatian yang serius. Oleh sebab itu
penelitian-penelitian terus dilakukan berbagai kalangan untuk mendapatkan hasil
dan formula yang terbaik dalam pengelolaan sektor informal ini.
Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk
mendapatkan pendapatan melalui sektor informal, salah satunya yaitu dalam
bidang perdagangan. Berdagang sangat berkembang pesat di Kecamatan Lembah
Seulawah, karena umumnya kegiatan berdagang merupakan usaha yang dilakukan oleh
golongan ekonomi lemah, dimana dari total jumlah penduduk sebagian besar kegiatan
berdagang sangat digeluti oleh masyarakat.
Permasalahan yang terjadi di Kecamatan Lembah
Seulawah yaitu tidak adanya lembaga keuangan di daerah tersebut, sehingga
sebahagian besar pedagang keripik masih menggunakan modal yang terbatas
sehingga mengakibatkan perkembangan usahanya tidak terlalu cepat dan bahkan ada
yang jalan di tempat. Dilihat dari sektor perekonomian daerah tersebut sudah
maju karena banyaknya usaha-usaha dagangan keripik dan sebagai tempat
pemberhentian membeli oleh-oleh yang terletak di jalan provinsi Banda Aceh -
Medan.
Untuk meningkatkan pendapatan pedagang
keripik, tentunya dengan meningkatkan volume penjualan, semakin banyak keripik
yang dijual maka semakin meningkat pendapatan, tetapi pedagang kesuiltan
memasarkan keripik tersebut, tidak dilakukan dengan promosi-promosi keripik ke
berbagai tempat, pemberian fee kepada
supir-supir angkutan umum, dan seharusnya dengan memberikan potongan harga
kepada pelanggan. Pedagang keripik di Kecamatan Lembah Seulawah tidak terikat
dengan waktu, semakin lama pedagang berjualan belum tentu pendapatan yang
diperoleh meningkat, sehingga berdagang hanya pada saat jam-jam tertentu ramai
pembeli, tidak harus berdagang sampai 24 jam.
. Penduduk
merupakan bagian terpenting dalam perkembangan suatu wilayah. Hal ini berkaitan
erat antara informasi sumber daya manusia setempat dengan perumusan kebijakan
pembangunan di wilayah tersebut. Jumlah penduduk yang terdata di Kecamatan
Lembah Seulawah tahun 2011 berjumlah 10.999 jiwa yang tersebar di 12 desa.
Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kecamatan Lembah Seulawah
dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Jumlah
Penduduk di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh BesarTahun 2011
No |
Nama Desa |
Jenis Kelamin |
Jumlah Penduduk |
|
Pria |
Wanita |
(Jiwa) |
||
1 |
Panca |
262 |
239 |
501 |
2 |
Panca Kubu |
103 |
88 |
191 |
3 |
Lam Kubu |
123 |
93 |
216 |
4 |
Lon Asan |
267 |
265 |
532 |
5 |
Lon Baroh |
194 |
188 |
382 |
6 |
Paya Keureuleh |
259 |
242 |
501 |
7 |
Lambaro Tunong |
229 |
194 |
423 |
8 |
Teuladan |
495 |
482 |
977 |
9 |
Lamtamot |
1.115 |
953 |
2.068 |
10 |
Suka Damai |
1.372 |
1.154 |
2.526 |
11 |
Suka Mulia |
468 |
418 |
886 |
12 |
Saree Aceh |
918 |
878 |
1.796 |
|
Total |
5.802 |
5.194 |
10.999 |
Sumber: BPS Kabupaten Aceh Besar 2012
Pada Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa
jumlah penduduk di Kecamatan Lembah Seulawah Tahun 2011 adalah 10.999 yang
terdiri dari 5.802 laki-laki dan 5.194 perempuan. Jumlah penduduk terbanyak terdapat
pada Desa Suka Damai sebanyak 2.526 jiwa
dan untuk jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat pada Desa Panca Kubu
sebesar 191 jiwa.
Penduduk di Kecamatan Lembah Seulawah
memiliki berbagai macam jenis mata pencaharian, salah satunya yang paling
memiliki potensi cukup besar yaitu berdagang. Berdagang keripik di Saree ini telah digeluti
bertahun-tahun bahkan ada yang merupakan usaha turun temurun, dengan demikian
pelaku usaha ini merupakan dari kalangan yang sudah berpengalaman, yaitu tenaga
kerjanya umumnya dari keluarga pemilik usaha. Untuk lebih jelasnya jenis mata pencaharian
penduduk dapat dilihat pada Tabel I.2.
Tabel
1.2
Jenis
Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Lembah Seulawah
Kabupaten
Aceh Besar 2011
No. |
Jenis Mata Pencaharian |
Jumlah Penduduk |
Jumlah |
|
Jiwa |
Persentase (%) |
Kumulatif |
||
(Jiwa) |
||||
1 |
Petani |
3.245 |
32 |
3.245 |
2 |
Peternak |
233 |
2,3 |
3.478 |
3 |
Pedagang |
2.849 |
28,1 |
6.327 |
4 |
Pengrajin |
122 |
1,2 |
6.449 |
5 |
PNS |
730 |
7,2 |
7.179 |
6 |
Wiraswasta |
1.288 |
12,7 |
8.467 |
7 |
Lain-lain |
1.673 |
16,5 |
10.140 |
Sumber :
BPS Kabupaten Aceh Besar 2012
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dilihat, sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani yakni sebanyak 3.245 orang atau 32 persen dari jumlah penduduk
keseluruhan, pedagang mencapai 2.849 jiwa atau 28,1 persen, sedangkan yang
paling kecil adalah yang bermata pencaharian sebagai pengrajin sebanyak 122
jiwa atau 1,2 persen, selebihnya mata pencaharian penduduk lainnya adalah
sebagai peternak, pegawai negeri sipil, wiraswasta dan lain-lain, sehingga dari
total jumlah penduduk yang mencapai 10.999 jiwa, hanya 859 orang yang tidak
bekerja.
Usaha yang digeluti masyarakat di Kecamatan
Lembah Seulawah, bergerak dalam bidang berdagang makanan, yaitu berupa keripik
ubi kayu, keripik ubi jalar, keripik pisang, jagung rebus, pop corn, dan lain-lain. Jadi bisa dikatakan berdagang yang sejenis
ini merupakan hal yang lumrah/ciri khas dikawasan Saree ini. Masyarakat memilih
produk ini untuk diolah karena sebagian besar tanah pertanian masyarakat
ditanami ubi kayu, ubi jalar, pisang, jagung, dan sebagainya. Sehingga
bisa dikatakan hasil pertanian langsung menjadi bahan baku, diolah
kemudian dijual kepada para pedagang.
Makanan yang paling diminati di kawasan Saree
ini berupa keripik ubi kayu, keripik ubi jalar dan keripik pisang, sehingga
masyarakat penggeliat usaha ini mengkonsentrasikan dagangannya pada produksi keripik
tersebut. Baru selanjutnya memproduksi tape dan popcorn. Usaha makanan di wilayah
Saree ini dari hari ke hari semakin berkembang mulai dari produsennya,
pedagangnya, dan diferensiasi produknya, dan juga telah meningkatkan
taraf kesejahteraan masyarakat di wilayah ini.
Tujuan
pengolahan ubi kayu, ubi jalar, dan pisang itu sendiri adalah untuk
meningkatkan keawetan pengolahan tersebut, sehingga layak untuk dikonsumsi dan
memanfaatkan ubi dan pisang menjadi keripik, agar memperoleh nilai jual yang
tinggi di pasaran. Ubi dan pisang sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi
berupa protein manusia. Namun untuk melihat kandungan gizi pada ubi kayu, ubi
jalar, dan pisang dapat dilihat pada Tabel I.3.
Tabel
I.3
Susunan
Zat Gizi Makanan dalam 100 Gram Ubi Kayu, Ubi Jalar dan Pisang
No |
Hasil Pertanian |
Kalori (Kal) |
Protein (gr) |
Lemak (gr) |
1 |
Ubi Kayu |
154 |
1.0 |
0.3 |
2 |
Ubi Jalar |
151 |
1.6 |
0.3 |
3 |
Pisang |
91 |
0.8 |
0.1 |
Sumber: Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI,
Tahun 2000
Berdasarkan Tabel I.3 dapat dilihat,
bahwa nilai gizi yang terkandung dalam ubi kayu, ubi jalar, dan pisang sangat
tinggi, dimana zat makanan terbanyak yang terkandung dalam 100 gram ubi kayu
adalah kalori yaitu sebanyak 154 kalori, protein 1.0 gram dan lemak 0.3 gram.
Sedangkan zat gizi ubi jalar terdapat 151 kalori dan pisang 91 kalori yang di
ikuti oleh protein dan lemak. Oleh karena itu ubi dan pisang dapat digolongkan
pada komoditi substitusi terhadap beras.
Dari
uraian tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Keripik di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten
Aceh Besar”
1.2
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
faktor-faktor mempengaruhi pendapatan meliputi modal, volume penjualan dan curahan
jam kerja pada pedagang keripik di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh
Besar dan bagaimanakah pengaruh faktor tersebut?
1.3
Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan meliputi modal, volume penjualan dan curahan jam kerja pada
pedagang keripik di Kecamatan Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar dan besarnya
pengaruh faktor tersebut.
1.4
Manfaat
Penelitian
Adapun
kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai
wahana latihan peneliti dalam penerapan ilmu-ilmu yang diperoleh di bangku
kuliah, serta bahan informasi bagi pembaca.
2. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi peneliti lainnya
dalam mengadakan penelitian lebih lanjut dan juga menjadi bahan masukan bagi
para pedagang keripik di Kecamatan Lembah Seulawah.
3. Penelitian
ini juga diharapkan dapat berguna sebagai bahan informasi dan bahan
pertimbangan bagi Pemerintah dan Dinas Pertanian khususnya dan instansi-instansi
yang terkait umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar