BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perempuan salah satu dari jenis manusia yang diciptakan oleh Allah swt
untuk menjadi khalifah bumi, Salah satu sifat perempuan adalah sopan santun dan
lemah lembut, hal ini berbeda dengan lelaki yang memiliki sifat keras dan
tegas. Perbedaan ini ternyata tidak membuat yang satu lebih baik dari pada yang
lain, akan tetapi justru dapat mendorong bagi terbentuknya kehidupan yang
harmonis. Rasanya dunia ini takkan indah tanpa kehadiran para perempuan, begitu
pula sebaliknya dunia takkan cerah tanpa adanya kaum lelaki. Kondisi ini
dirasakan oleh nabi Adam as ketika masih berada disurga, ia merasa kesepian
tanpa seorang teman, maka Allah ciptakan kepadanya seorang perempuan yang
bernama siti Hawa. Oleh karena itu, lelaki dan perempuan adalah saling terkait,
saling membutuhkan, dan yang satu menjadi mitra bagi yang lainnya. [1]
Dalam perjalanan hidup umat manusia,
perempuan tampaknya mengalami nasib yang kurang menguntungkan. Mereka sering
dijadikan makhluk kelas dua yang selalu harus tunduk, patuh dan tergantung pada
kaum lelaki secara tidak wajar. Dalam realitas kehidupan sehari-hari, perempuan
sering berperan sebagai ibu rumah tangga, pengasuh, tergantung pada laki-laki
bahkan sebagai pemberi nafkah. [2]
Pelaksanaan
dakwah tidak saja menjadi beban dan tugas lelaki semata-mata, akan tetapi
perempuan juga ikut berperan dan bertanggung jawab terhadap maju mundurnya
agama Islam dalam realitas kehidupan. Secara khusus, perempuan itu diciptakan
untuk menjadi pendamping atau mitra kaum lelaki. Dalam Al-Qur’an tidak ada
pernyataan yang merendahkan perempuan dari lelaki, namun Al-Qur’an
mengakui bahwa keduanya memiliki perbedaan. Karena itulah mereka harus saling
melengkapi untuk mencapai kesempurnaan. Pernyataan Al-Qur’an itu direalisasikan
oleh Rasulullah saw dengan mengangkat martabat perempuan, yang dalam bidang
tertentu sejajar dengan lelaki. Said Ramadhan menjelaskan, ketika bangsa romawi melakukan konferensi dan debat
terbuka untuk menetapkan apakah perempuan itu sebagai pribadi atau benda,
Rasulullah bangkit memperkenalkan bahwa mereka adalah saudara kaum lelaki.
Begitu juga di saat perempuan di anggap begitu kotor sehingga mengotori Injil,
manuskrip Al-Qur’an justru disimpan dirumah seorang perempuan, Hafsah, di Madinah.[3]
Dakwah
adalah suatu upaya atau usaha mengajak seseorang untuk mengimani kebenaran
Islam, disamping itu dakwah juga dapat diartikan sebagai proses penyelenggaraan
suatu usaha untuk memanggil, menyeru dan mengajak dalam rangka memperkenalkan
Islam sebagai agama sekaligus memuat pemahaman yang harus dipahami oleh seluruh
umat manusia. [4]
Secara
semantik, kata dakwah berasal dari kata “da’a-yad” yang artinya mengajak,
mengundang, atau memanggil. Kemudian menjadi kata “da’watun” yang artinya
panggilan atau undangan atau ajakan.
Jum’ah Amin Abdul Aziz memberikan definisi dakwah ke dalam beberapa makna, yaitu: “memanggil”, menyeru dan mendorong pada sesuatu,
menegaskan atau membela, baik kepada yang haq atau yang batil, yang positif maupun yang negatif dan suatu
usaha berupa perkataan atau perbuatan untuk menarik manusia kesuatu aliran atau
agama tertentu, dan “memohon dan meminta”, yang disebut dengan berdoa, Pada
hakikatnya dakwah Islam berisikan tentang “Amar ma,ruf nahi munkar” yang
mempunyai pengertian kerjakanlah perbuatan yang mendekatkan diri pada Allah dan
jauhilah perbuatan yang menjauhkan diri pada Allah. [5]
Sampai saat ini, dakwah Islam sudah
menjadi elemen penting bagi seluruh umat manusia, didalam kehidupan sehari-hari
tentunya kita mengadakan interaksi sosial baik secara langsung maupun dengan cara
berdakwah. dengan kata lain, kita harus mengetahui seberapa besarnya
penyampaian pesan dakwah yang timbul dalam masyarakat. Berdakwah tatap muka
memungkinkan adanya timbal balik antara da’i dan audien untuk tujuan bersama.
Sesungguhnya, Islam adalah agama wahyu
yang terakhir, dan karena itu ia merupakan yang paling lengkap. Dengan
datangnya agama ini, agama-agama
sebelumnya dihapuskan, sebab dengan datangnya suatu aturan yang lengkap, maka tidak diperlukan
lagi aturan yang tidak lengkap. Islam diturunkan demi kepentingan umat manusia
melalui Rasulullah Muhammad saw. manusia, sebagai makhluk Allah yang
membutuhkan Islam didalam seluruh kehidupannya, juga harus menyerahkan
kehendaknya serta keinginannya kepada kehendak
yang maha kuasa, sang pencipta. Tunduk-patuh kepada Allah tidak berarti
menghinakan diri pribadi atau menolak intelektualitas manusia, namun berarti
mempercayakan pengetahuan, kebijaksanaan, dan keadilan kepada sang pencipta.[6]
Hukum
Islam dengan perkembangan masyarakat salah satu isu keagamaan yang tambah
menarik, mengingat suatu kenyataan, bahwa bagaimanapun lengkapnya nash-nash
Qur’aniyah (dalil-dalil yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an) maupun Sunnah
Nabawiyah (dalil-dalil yang terdapat cukup dalam Sunnah Nabi) tidak mungkin
secara terinci menjelaskan segala persoalan kemasyarakatan yang telah berubah
dan berkembang, dari zaman ke zaman, dari satu daerah ke daerah lain, dari satu
tingkat peradaban ke tingkat yang lain.Tetapi semua perubahan tersebut tetap
membutuhkan kejelasan dan kepastian hukum.[7]
Agama
Islam mengajarkan kepada diri kita untuk menyakini bahwa seluruh alam semesta
ini diciptakan oleh Allah swt dan sepanjang zaman Dia-lah yang mengaturnya.
Allah-lah yang telah menciptakan manusia di atas bumi ini dan Dia tidak memaksa
manusia untuk mengikuti jalan yang lurus sepanjang hidupnya seperti ketentuan
Allah terhadap makhluk ciptaa-Nya yang lain. Bahkan sebaliknya, Allah swt memberi
kebebasan memilih kepada manusia untuk mengikuti atau tidaknya petunjuk dalam
salah satu ruang lingkup kehidupannya. [8]
Perempuan yang
memahami peran akan dakwah dan kebangkitan Islam, akan mulai mendidik diri sendiri
dan mencapai hak-hak mereka atas pendidikan, tarbiyah dan gerakan dakwah adalah
bentuk kegiatan dakwah yang biasanya dilakukan secara beorganisasi, seperti
gerakan yang dilakukan oleh perempuan Ikhwanul Muslimin, karena itu perempuan
juga dapat tampil sebagai subjek dakwah yang selalu membimbing masyarakat agar
selalu melakukan amar ma’ruf nahi munkar.
Dakwah Islam
bukan hanya disampaikan oleh lelaki, tetapi perempuan juga bisa menyampaikan
dakwah Islam,Seperti kisah-kisah sahabat perempuan Rasululah, Ummu Sulaim mengajar anaknya Anas bin Malik
tentang Islam, meskipun suaminya menolak Islam. Ketika Abu Thalhah melamarnya
(sebelum menerima Islam) dia mengatakan bahwa mas kawinnya adalah Islam, Abu
Thalhah pada gilirannya memeluk Islam dan menikahi Ummu Sulaim, Jika bergerak ke lingkaran yang lebih luas, akan
menemukan bahwa perempuan Muslim memainkan peran besar dalam pengorbanan dan
layanan untuk agama Allah. Sumayyah menyerah hidupnya ketika Abu Jahal
membunuhnya karena memilih menjadi seorang Muslim. Dia adalah Muslim dan
perempuan pertama yang tewas dalam Islam dan
Khadijah,
istri pertama Nabi yang sangat kaya, menghabiskan uangnya untuk mendukung
dakwah suami tercintanya. Ummu Salamah rela meninggalkan suaminya dan melihat
anak-anaknya dianiaya ketika dia hijrah. Ummu ‘Imarah turut berjuang dalam
membela Nabi (damai dan berkah besertanya) dalam perang Uhud, dengan merawat
yang terluka dalam pertempuran.[9]
Dari
kisah-kisah yang telah diuraikan jelas bahwa dalam Islam para perempuan dapat
mempunyai peran yang besar untuk membantu rasul Allah dan membela agama.
Karena itu,
dakwah Islam bukan hanya disampaikan oleh lelaki, tetapi juga perempuan.
Sebagai contoh nya dakwah Islam yang tercatat dalam sejarah aceh dengan
tampilnya Ratu Safiatuddin yang memimpin kerajaan Islam Aceh Darussalam. Ratu
Safiatuddin diangkat pada saat Aceh dalam keadaan pergolakan politik, sosial,
dan budaya yang tidak stabil karena kaum laki-laki tidak siap dipimpin oleh
kaum perempuan.[10]
Dan Teungku Fakinah adalah salah satu
ulama perempuan yang hidup sezaman dengan Cut Nyak Dien Ia sahabat karib Cut
Nyak Dien dalam berjuang, Ia juga sering menjadi penasihat spiritual Cut Nyak
Dien. Peran pertamanya adalah membentuk Badan Amal bagi kaum mujahidin, Ia
mengkoordinir para perempuan terutama para janda untuk bangkit berjuang, Ia
berkeliling Aceh mengumpulkan sumbangan untuk menyokong perang Aceh. Berbagai
sumbangan yang ia peroleh baik berupa uang, makanan, senjata, ataupun pakaian
diserahkan sepenuhnya bagi kepentingan kaum mujahidin. Ia juga mendirikan dapur
umum dan tenda darurat bagi mujahidin yang terluka.[11]
Keberadaan da’i
perempuan yang ada di Kabupaten Aceh Barat masih jarang diperhatikan. Padahal
keberadaan da’i perempuan dalam penyampaian dakwah didaerah Aceh sudah aktif
dalam berbagai bentuk, proses dan gerakan-gerakan berupa dakwah dalam sikap
kepribadian, dakwah dalam bentuk ucapan seperti pidato melalui radio, tulisan, tabloid, artikel dan
buku-buku.
Berdasarkan
latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Peran Da’i Perempuan Dalam Penyampaian
Dakwah Islam Di Kabupaten
Aceh Barat”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
permasalahan di atas, yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana peran da’i
perempuan dalam penyampaian dakwah Islam di Kabupaten Aceh Barat?
2.
Bagaimana strategi da’i
perempuan dalam penyampaian dakwah Islam di Kabupaten Aceh Barat?
C. Tujuan Masalah
Sesuai dengan perumusan masalah
diatas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui peran da’i perempuan dalam penyampaian dakwah Islam di Kabupaten
Aceh Barat
2. Untuk
mengetahui strategi da’i perempuan dalam penyampaian dakwah Islam di Kabupaten Aceh Barat
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini,
diharapkan dapat memiliki manfaat teoretis
dan praktis.
1. Manfaat
Teoretis
Manfaat teoretis adalah
secara teoretis penelitian ini dapat dijadikan sumber referensi untuk
penelitian lebih lanjut mengenai peran da’i perempuan serta dapat menambah wawasan, pemahaman bagi
masyarakat dan bermanfaat juga bagi ilmu dakwah komunikasi penyiaran Islam.
2. Manfaat
Praktis
Dengan penulis meneliti
masalah ini, da’i perempuan semakin yakin dalam berdakwah dan menyampaikan
dakwah yang secara singkat, jelas, mudah dimengerti dan dilaksanakan dengan
baik tidak menyimpang dengan Islam juga banyak yang ingin mendengarkan dakwah
da’i perempuan.
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pahaman
para pembaca, penulis perlu menjelaskan beberapa istilah-istilah yang terdapat
pada judul penelitian skripsi ini, antara lain sebagai berikut:
1. Peran
Peran adalah tugas atau hal yang
besar pengaruhnya pada suatu peristiwa dalam kehidupan masyarakat.[12]
Selanjutnya Soekanto menyatakan Peran adalah aspek dinamis dari
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran.[13]
Adapun yang penulis maksudkan dengan peran dalam
pembahasan ini adalah tugas yang ditempuh oleh seseorang dalam melaksanakan
atau menjalankan hubungan dengan masyarakat.
2. Da’i
Perempuan
Da’i adalah orang yang melaksanakan
dakwah baik lisan, tulisan, maupun perbuatan yang dilakukan baik secara
individu, kelompok, atau lewat organisasi.[14]
Adapun yang penulis maksudkan dengan da’i perempuan dalam pembahasan ini adalah
perempuan yang menyampaikan dakwah Islam dalam kehidupan masyarakat di
Kabupaten Aceh Barat.
3. Dakwah
Dakwah berasal dari bahasa Arab
yakni (da’a - yad’u - da'watan). Kata dakwah tersebut adalah ism masdar dari kata da’a yang
dalam Islam diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a pertama
kali dipakai dalam al- Quran yang berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya
adalah kaum muslimin, kata yad’u
berarti mengajak ke neraka yang pelakunya adalah syaitan kata itu berarti
mengajak ke surga yang pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan
bahwa kata yad’u dipakai bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya
orang-orang musyrik dan kata da’watan berarti
seruan yang kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il
yaitu da’akum dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil.[15]
Dakwah adalah kegiatan keagamaan
yang sifatnya menyiarkan dan mengajak mengamalkan kebaikan sesuai ajaran yang
benar propaganda atau siar agama.[16]
Adapun dakwah dalam skripsi ini yaitu
mengajak umat manusia kepada agama Islam untuk memberi informasi mengenai amar
ma’ruf nahi mungkar agar dapat tercapai kebahagian didunia dan diakhirat.
[1] M.
Jakfar Puteh Saifullah, Dakwah Tektual
Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 2001), h.179.
[3]
M.Jakfar Puteh Saifullah, Dakwah Tekstual
Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajaran, 2001), h. 183.
[4] Abd Wahid, Konsep Dakwah dalam Al-Quran dan Sunah,
(Banda Aceh: Pena, 2010), h.9
[7] Muhammad Tholhah Hasan, Islam Dalam Perspektif Sosia Kultural, (Jakarta: Lantabora
Press, 2005), h. 105.
[8] Syekh Syaukat Hussan, Hak Asasi Manusia Dalam Islam, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1996), h. 8.
[9] Arrahmah
Com/ Read/ 2011/09/18/15284- Peran- Besar-
Muslimah-Dalam- Dakwah-Islam, diakses 2 Mai 2014.
[10] Ali
Aziz Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada
Media, 2004), h.1
[11] Hidayat
Tallah, Biogspot. Com/ 2011/ 08/ Teungku
Fakinah Para ulama, diakses 18 Agustus 2014
[12] Kamisa, Kamus Lengkah Bahasa Indonesia,
(Surabaya: Kartika, 1997), h. 420
[13] Carapedia. Com Pengertian – Definisi- Peran’ 26 Agustus
2014
[14] Muhammad
Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
Moderen, (Jakarta:
Pustaka Amani, 1947), h. 305
[15] Referensi Makalah. Com 2012 / 09 Pengertian- Dakwah- Menurut- Bahasa- Dan
Istilah, 26 Agustus 2014
[16] Kamisa,
Kamus Lengkap
Bahasa....................., h. 119
Tidak ada komentar:
Posting Komentar