Minggu, 19 Oktober 2025

Evolusi Estetika: Bagaimana Budaya Flexing dan Vibe Check di TikTok Membentuk Ulang Definisi Seni Rupa Kontemporer Generasi Z


BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  • Perkembangan media sosial, khususnya TikTok, sebagai panggung baru bagi ekspresi artistik visual.

  • Munculnya terminologi dan budaya spesifik (seperti flexing—pamer, dan vibe check—penilaian suasana) yang mendikte selera visual dan estetika.

  • Pergeseran cara pandang seni: dari karya yang dipamerkan di galeri menjadi konten yang bersifat instan dan viral.

  • Fokus: Mengkaji pengaruh budaya digital ini terhadap apresiasi dan penciptaan seni rupa di kalangan remaja/muda.

B. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana platform TikTok mengubah media penyampaian dan kecepatan apresiasi terhadap karya seni rupa?

  2. Sejauh mana budaya flexing (pamer) dan vibe check (validasi sosial) memengaruhi motivasi dan nilai estetika dalam penciptaan karya seni oleh Gen Z?

  3. Bagaimana peran algoritma media sosial dalam menentukan "nilai" atau popularitas suatu karya seni dibandingkan kritik profesional?

C. Tujuan Penulisan

  • Mendeskripsikan kaitan antara budaya visual digital dengan perubahan paradigma seni rupa.

  • Menganalisis motif di balik penciptaan dan konsumsi karya seni di platform digital.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

A. Seni Rupa Kontemporer di Era Digital

  1. Definisi Estetika Digital: Menjelaskan karakteristik seni rupa yang diciptakan atau didistribusikan melalui media digital (NFT Art, digital painting, augmented reality).

  2. TikTok sebagai Galeri Baru: Fungsi TikTok sebagai ruang kurasi mandiri (self-curating) yang membuka peluang bagi seniman tanpa harus melalui jalur galeri formal.

B. Analisis Budaya Flexing dan Vibe Check

  1. Flexing sebagai Bentuk Ekspresi Estetika:

    • Menganalisis konten yang menunjukkan "kemewahan" atau "keberhasilan" estetis (misalnya, art studio tour, koleksi seni mahal).

    • Kritik: Apakah flexing menggeser fokus dari nilai artistik ke nilai materi/sosial?

  2. Vibe Check dan Validasi Instan:

    • Menganalisis peran komentar, like, dan share dalam memvalidasi sebuah karya seni.

    • Dampak: Penciptaan seni yang cenderung seragam atau mengikuti tren demi mendapatkan vibe yang disukai oleh mayoritas (algoritmic aesthetic).

C. Dilema Nilai: Kualitas Artistik vs. Kualitas Viral

  1. Algoritma vs. Kritik Seni: Membandingkan penilaian karya seni berdasarkan jumlah tayangan (views) dan virality dengan penilaian berdasarkan teori dan sejarah seni.

  2. Identitas Seniman Gen Z: Bagaimana seniman muda menyeimbangkan kebutuhan untuk berekspresi secara otentik dengan tuntutan untuk menjadi relatable dan viral.

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan

  • Budaya digital (TikTok) telah mendemokratisasi akses ke seni rupa, tetapi juga menciptakan estetika baru yang didorong oleh validasi sosial (vibe check) dan pameran diri (flexing).

  • Definisi seni rupa kontemporer Gen Z menjadi lebih cair, cepat berubah, dan sangat terikat pada performa digital.

B. Saran

  • Perlunya pendidikan seni yang mengajarkan Gen Z cara mengapresiasi dan mengkritik seni di ruang digital (literasi visual digital).

  • Mendorong seniman untuk memanfaatkan platform digital tanpa sepenuhnya mengorbankan kedalaman dan keaslian karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar