Sabtu, 11 Oktober 2025

GURU PAHLAWANKU

 Di antara sunyi ruang kelas yang kini sepi,

Masih tercium aroma kapur yang pernah menari,

Tangannya dulu gemetar menulis mimpi,
Untuk anak-anak bangsa yang tak pernah ia miliki.

🌧️
Ia datang paling pagi,
saat matahari masih enggan tersenyum,
Menyapa bangku-bangku kosong
yang dulu penuh tawa dan mimpi yang belum.

Suara seraknya pernah jadi nyanyian,
menyulut semangat di dada murid yang hampir menyerah,
Namun kini,
yang terdengar hanya gema langkahnya —
perlahan, menua, dan pasrah.

📚
Pahlawan itu tak membawa pedang,
ia hanya membawa sebatang pena dan doa yang tak henti,
tapi setiap kata yang ia tulis
menjadi senjata perubahan —
membuka mata kami dari gelapnya ketidaktahuan.

Dia tersenyum di tengah gaji yang tak seberapa,
menyembunyikan lelah di balik “tidak apa-apa”,
Sementara hatinya menangis
melihat muridnya pergi tanpa pamit,
entah lupa, entah sibuk,
entah karena merasa sudah lebih hebat darinya.

🌹
Kini, di usianya yang rapuh,
ia menatap papan tulis yang kusam,
bukan karena debu,
tapi karena kenangan yang terlalu banyak menumpuk di sana.

Guru...
Engkau bukan hanya mengajar,
Engkau menuntun kami saat dunia terasa gelap,
Engkau membentuk kami tanpa berharap kembali,
Dan jika kami kini berdiri tegak,
itu karena dulu Engkau rela membungkuk demi kami.

Terima kasih,
untuk setiap tetes keringat yang tak terlihat,
Untuk setiap doa di sepertiga malam yang tak disebut,
Untuk setiap cinta yang Kau tanam dalam diam,
Engkau —
pahlawan tanpa tanda jasa,
yang jasamu kekal di hati,
meski dunia tak sempat memberi penghargaan lagi

#GuruPahlawanku #HariGuruNasional #TerimaKasihGuru #PuisiHaru #PahlawanTanpaTandaJasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar