๐ 1. Identitas dan Latar Belakang
Nama Tokoh: John Dewey (1859–1952)
Aliran: Pragmatisme & Humanisme Progresif
Karya Utama: Art as Experience (1934)
Konteks Pemikiran:
John Dewey adalah seorang filsuf, pendidik, dan tokoh besar dalam aliran pragmatisme Amerika. Ia menolak pandangan bahwa seni hanya milik elit atau dunia “tinggi”. Menurutnya, seni adalah bagian dari pengalaman hidup sehari-hari — bukan sesuatu yang terpisah dari realitas.
๐ฏ 2. Tujuan Dewey Menulis Art as Experience
Dewey ingin mengembalikan seni kepada akar kehidupan manusia.
Ia menentang pandangan estetika klasik yang memisahkan “seniman” dan “penikmat seni” dari kehidupan nyata.
๐ฃ️ “Seni tidak hidup di museum, tetapi di hati dan tindakan manusia.” — John Dewey
๐งฉ 3. Konsep Kunci: “Experience” (Pengalaman)
Bagi Dewey, pengalaman (experience) adalah pusat seluruh kehidupan manusia.
Namun, tidak semua pengalaman bersifat estetis.
Jenis Pengalaman menurut Dewey:
-
Ordinary Experience (pengalaman biasa):
-
Bersifat rutinitas, terpecah-pecah, tanpa makna mendalam.
-
Contoh: makan terburu-buru, bekerja tanpa perasaan.
-
-
Aesthetic Experience (pengalaman estetis):
-
Bersifat menyeluruh (integrated), intens, penuh makna.
-
Ada keterlibatan indera, emosi, pikiran, dan nilai.
-
Contoh: menikmati musik, melukis, menonton drama yang menggugah.
-
๐ช Ciri pengalaman estetis:
-
Ada awal – puncak – akhir yang membentuk satu kesatuan (seperti kisah atau musik).
-
Mengandung emosi dan kepuasan batin.
-
Memberi kesadaran baru terhadap hidup dan realitas.
๐ญ 4. Hakikat Seni Menurut Dewey
Dewey menolak pandangan bahwa seni hanyalah benda (art object).
Menurutnya, seni adalah proses pengalaman hidup — baik bagi pencipta maupun penikmatnya.
“Seni bukanlah sesuatu yang kita miliki, tetapi sesuatu yang kita alami.”
Dengan kata lain:
-
Lukisan = bukan sekadar cat di kanvas, tapi hasil hubungan antara pelukis, perasaan, bahan, dan penikmatnya.
-
Musik = bukan sekadar bunyi, tapi pengalaman ritme, ketegangan, dan pelepasan emosi.
๐ง 5. Unsur-Unsur dalam Art as Experience
Dewey menguraikan beberapa unsur utama yang membentuk pengalaman estetis:
| Unsur | Penjelasan |
|---|---|
| Interaction (Interaksi) | Pengalaman terjadi karena interaksi aktif antara manusia dan lingkungannya. |
| Continuity (Keterhubungan) | Pengalaman estetis berakar dari kehidupan sehari-hari — bukan sesuatu yang terpisah. |
| Emotion (Emosi) | Emosi memberi “jiwa” pada pengalaman, mengubah hal biasa menjadi bermakna. |
| Form (Bentuk) | Setiap pengalaman estetis memiliki struktur dan kesatuan (awal, puncak, akhir). |
| Expression (Ekspresi) | Seni adalah cara manusia mengekspresikan pengalaman batin ke dalam bentuk yang dapat dirasakan bersama. |
๐งฌ 6. Proses Penciptaan Seni Menurut Dewey
Menurut Dewey, seni lahir dari proses hidup manusia yang nyata.
-
Pengamatan & pengalaman awal – seniman berhadapan dengan kehidupan dan realitas.
-
Refleksi & emosi – pengalaman itu membangkitkan perasaan dan makna.
-
Transformasi – emosi diolah menjadi bentuk simbolik (lukisan, musik, tulisan, dll).
-
Karya jadi pengalaman baru – penikmat seni kemudian mengalami kembali proses tersebut melalui apresiasi.
๐ช 7. Seni dan Pendidikan
Karena Dewey adalah tokoh pendidikan progresif, ia menekankan bahwa pendidikan harus memberikan pengalaman estetis kepada peserta didik.
Dalam pendidikan:
-
Belajar harus melibatkan perasaan, indera, dan pengalaman nyata, bukan sekadar hafalan.
-
Guru perlu menciptakan situasi belajar yang hidup, kreatif, dan menyentuh rasa.
-
Seni menjadi alat untuk menumbuhkan empati, imajinasi, dan keutuhan pribadi.
“Pendidikan sejati adalah pendidikan yang dialami, bukan yang dihafalkan.”
๐ฌ 8. Contoh Penerapan dalam Pembelajaran (FKIP)
| Mata Pelajaran | Pengalaman Estetis dalam Kelas |
|---|---|
| Bahasa Indonesia | Menulis puisi berdasarkan pengalaman pribadi. |
| Seni Musik | Menggubah lagu dari peristiwa nyata di sekitar siswa. |
| Seni Rupa | Melukis suasana hati atau pengalaman sosial. |
| Pendidikan Moral | Menganalisis nilai kemanusiaan melalui film atau karya seni. |
๐ง♀️ 9. Nilai Filosofis dari Pemikiran Dewey
-
Seni adalah pengalaman manusia yang hidup, bukan benda mati.
-
Keindahan bisa muncul dalam aktivitas sehari-hari.
-
Pengalaman estetis membentuk karakter dan empati sosial.
-
Pendidikan harus memadukan emosi, imajinasi, dan tindakan agar bermakna.
-
Seni adalah jembatan antara individu dan masyarakat — menciptakan harmoni sosial.
๐ 10. Kutipan Penting dari Dewey
“The actual work of art is what the product does with and in experience.”
(Art as Experience, p. 1)
→ Karya seni bukan benda, tetapi efek dan makna yang dihasilkan dalam pengalaman manusia.
“Art celebrates with peculiar intensity the moments in which the past reinforces the present and in which the future is a quickening of what now is.”
→ Seni menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan dalam satu momen pengalaman.
๐ฃ️ 11. Diskusi Kelas
-
Bagaimana pengalaman estetis menurut Dewey berbeda dari pandangan Plato atau Kant?
-
Apakah semua pengalaman bisa menjadi estetis jika disadari secara mendalam?
-
Bagaimana guru dapat menciptakan “pengalaman estetis” di kelas yang non-seni (misalnya matematika atau IPS)?
๐งพ 12. Referensi
-
Dewey, John. (1934). Art as Experience. New York: Perigee Books.
-
Read, Herbert. (1943). Education Through Art.
-
Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: ITB Press.
-
Driyarkara. (1964). Manusia dan Seni.
-
Susanne K. Langer. Feeling and Form.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar