Kamis, 16 Oktober 2025

MAKALAH PENGANTAR ILMU FILSAFAT ADMINISTRASI “Hakikat, Tujuan, dan Relevansi Filsafat Administrasi dalam Kehidupan Modern”

 

BAB I – PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu administrasi tidak hanya berkaitan dengan tata kelola organisasi secara teknis, tetapi juga memiliki dimensi filosofis yang mendalam. Filsafat administrasi membahas dasar-dasar pemikiran, nilai, dan tujuan yang melandasi proses administrasi dalam kehidupan manusia.
Filsafat administrasi berperan penting dalam menjawab pertanyaan tentang “mengapa” dan “untuk apa” administrasi dilakukan, bukan sekadar “bagaimana” administrasi berjalan. Di era modern yang penuh tantangan, seperti globalisasi, digitalisasi, dan birokrasi kompleks, pemahaman filsafat administrasi menjadi semakin penting agar setiap tindakan administrasi memiliki arah moral dan nilai kemanusiaan yang kuat.

1.2 Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian filsafat administrasi?

  2. Apa tujuan dan fungsi filsafat administrasi dalam pengembangan ilmu administrasi?

  3. Bagaimana relevansi filsafat administrasi di era modern saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan

  1. Menjelaskan hakikat filsafat administrasi.

  2. Menguraikan fungsi dan manfaat filsafat administrasi bagi pengembangan organisasi dan masyarakat.

  3. Menganalisis tantangan dan relevansi filsafat administrasi di masa kini.


BAB II – PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Administrasi

Filsafat administrasi merupakan cabang dari filsafat ilmu yang mengkaji dasar-dasar pemikiran, prinsip, dan nilai-nilai yang mendasari praktik administrasi.
Menurut Dwight Waldo (1948) dalam karyanya The Administrative State, administrasi publik tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai moral dan politik, karena pada hakikatnya administrasi merupakan aktivitas manusia yang bertujuan untuk melayani masyarakat.
Dengan demikian, filsafat administrasi bukan hanya mempelajari cara bekerja, tetapi juga menelaah makna dan tujuan dari kegiatan administrasi itu sendiri.

2.2 Hakikat Filsafat Administrasi

Hakikat filsafat administrasi adalah mencari pemahaman mendalam tentang prinsip dasar administrasi—mengapa sistem tertentu diterapkan, apa nilai yang mendasarinya, serta bagaimana keputusan administratif mempengaruhi kehidupan manusia.
Filsafat administrasi berusaha menjawab tiga pertanyaan utama:

  1. Ontologis – Apa hakikat administrasi itu sendiri?

  2. Epistemologis – Bagaimana cara kita mengetahui dan memahami administrasi?

  3. Aksiologis – Untuk apa administrasi dilakukan, dan nilai apa yang dikandungnya?

2.3 Tujuan dan Fungsi Filsafat Administrasi

Tujuan utama filsafat administrasi adalah memberikan dasar berpikir kritis dan etis bagi pelaku administrasi agar tidak hanya fokus pada efisiensi, tetapi juga pada keadilan dan kesejahteraan publik.
Fungsi filsafat administrasi antara lain:

  • Sebagai landasan etis, untuk memastikan keputusan administrasi sesuai nilai moral dan kemanusiaan.

  • Sebagai pedoman berpikir kritis, agar kebijakan administratif tidak hanya bersifat teknokratis.

  • Sebagai alat refleksi, untuk mengevaluasi apakah praktik administrasi sudah sesuai dengan tujuan kemasyarakatan dan keadilan sosial.

2.4 Tokoh dan Pandangan dalam Filsafat Administrasi

Beberapa tokoh penting yang berkontribusi terhadap pemikiran filsafat administrasi antara lain:

  1. Dwight Waldo – menekankan bahwa administrasi publik tidak netral nilai; harus berlandaskan moral dan demokrasi.

  2. Woodrow Wilson – melihat administrasi sebagai instrumen pelaksana kebijakan publik, dengan efisiensi sebagai orientasi utama.

  3. Frederick Taylor – melalui teori Scientific Management, menekankan efisiensi dan produktivitas dalam organisasi, meskipun sering dikritik karena kurang memperhatikan aspek kemanusiaan.

  4. Herbert Simon – memandang administrasi sebagai proses pengambilan keputusan yang rasional.

Dari berbagai pandangan tersebut, terlihat bahwa filsafat administrasi berfungsi sebagai refleksi untuk menyeimbangkan antara efisiensi rasional dan nilai-nilai kemanusiaan.

2.5 Relevansi Filsafat Administrasi di Era Modern

Di era digital saat ini, administrasi mengalami perubahan besar melalui otomatisasi, kecerdasan buatan, dan sistem informasi. Namun, tanpa dasar filosofis yang kuat, administrasi dapat kehilangan arah moralnya.
Filsafat administrasi memberikan panduan agar kemajuan teknologi tetap berpihak pada kemanusiaan dan keadilan sosial.
Nilai-nilai seperti transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan etika publik menjadi bagian penting dalam praktik administrasi modern.


BAB III – PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat administrasi merupakan cabang filsafat yang mempelajari dasar-dasar pemikiran, nilai, dan tujuan dari aktivitas administrasi. Melalui pendekatan ontologis, epistemologis, dan aksiologis, filsafat administrasi membantu memahami bahwa administrasi bukan hanya sekadar kegiatan teknis, tetapi juga moral dan sosial.
Dalam konteks modern, filsafat administrasi tetap relevan sebagai panduan agar sistem administrasi berjalan tidak hanya efisien, tetapi juga adil dan manusiawi.

3.2 Saran

Mahasiswa dan praktisi administrasi hendaknya memahami dan menginternalisasi nilai-nilai filsafat administrasi dalam praktik sehari-hari, agar mampu menjalankan tugas dengan integritas, moralitas, dan tanggung jawab sosial yang tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

  • Waldo, Dwight. (1948). The Administrative State: A Study of the Political Theory of American Public Administration. New York: Holmes & Meier.

  • Simon, Herbert A. (1947). Administrative Behavior. New York: Free Press.

  • Siagian, Sondang P. (2011). Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

  • Wilson, Woodrow. (1887). The Study of Administration. Political Science Quarterly.

  • Moekijat. (2008). Pengantar Administrasi. Bandung: Mandar Maju.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar