BAB I – PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karya “The Study of Administration” yang ditulis oleh Woodrow Wilson pada tahun 1887 merupakan tonggak awal kelahiran ilmu administrasi publik sebagai disiplin ilmiah yang terpisah dari ilmu politik.
Sebelum Wilson menulis esai tersebut, administrasi dipandang hanya sebagai bagian dari politik atau kegiatan pemerintahan praktis. Melalui tulisannya, Wilson menegaskan pentingnya mempelajari administrasi sebagai bidang ilmiah yang memiliki teori, prinsip, dan metode tersendiri.
Gagasan Wilson lahir di masa di mana birokrasi Amerika Serikat menghadapi berbagai masalah seperti korupsi, ketidakefisienan, dan politisasi jabatan publik. Maka dari itu, Wilson berupaya memisahkan antara politik (policy making) dan administrasi (policy implementation) sebagai dua bidang yang berbeda namun saling berkaitan.
1.2 Rumusan Masalah
-
Apa isi pokok dari karya The Study of Administration?
-
Bagaimana pemikiran Woodrow Wilson membedakan antara politik dan administrasi?
-
Bagaimana relevansi pemikiran Wilson terhadap sistem administrasi modern?
1.3 Tujuan Penulisan
-
Menjelaskan isi dan gagasan utama dalam The Study of Administration.
-
Menganalisis hubungan antara politik dan administrasi menurut Wilson.
-
Menguraikan relevansi pemikiran Wilson terhadap praktik administrasi masa kini.
BAB II – PEMBAHASAN
2.1 Sekilas Tentang Woodrow Wilson
Woodrow Wilson (1856–1924) adalah seorang ilmuwan politik dan Presiden Amerika Serikat ke-28. Sebelum menjadi presiden, ia dikenal sebagai akademisi di bidang pemerintahan dan politik publik.
Karya “The Study of Administration” diterbitkan dalam jurnal Political Science Quarterly tahun 1887 dan dianggap sebagai tonggak lahirnya Ilmu Administrasi Publik (Public Administration).
2.2 Isi Pokok The Study of Administration
Pokok pikiran utama dalam tulisan Wilson adalah bahwa administrasi publik harus dipelajari secara ilmiah, terpisah dari politik, agar pemerintahan dapat berjalan efisien, rasional, dan profesional.
Wilson mengemukakan beberapa gagasan penting, yaitu:
-
Administrasi sebagai ilmu tersendiri – Wilson menyatakan bahwa administrasi harus dipelajari secara sistematis untuk mencari prinsip-prinsip umum yang dapat diterapkan dalam berbagai sistem pemerintahan.
-
Pemisahan politik dan administrasi (Politics-Administration Dichotomy) – Menurutnya, politik berkaitan dengan penentuan kebijakan (policy making), sedangkan administrasi bertugas melaksanakan kebijakan tersebut secara efisien dan bebas dari pengaruh politik.
-
Efisiensi dan netralitas – Wilson menekankan pentingnya efisiensi, disiplin, dan profesionalisme dalam birokrasi. Pegawai negeri harus bekerja berdasarkan kemampuan, bukan kedekatan politik.
-
Adaptasi terhadap masyarakat modern – Administrasi negara harus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat yang semakin kompleks dan demokratis.
2.3 Pemisahan Politik dan Administrasi
Konsep ini menjadi inti dari teori Wilson. Ia percaya bahwa keberhasilan pemerintahan modern tergantung pada kemampuan untuk memisahkan ranah politik (kepemimpinan dan kebijakan) dengan ranah administrasi (pelaksanaan dan efisiensi kerja).
Namun, pemisahan ini tidak berarti keduanya benar-benar terpisah — melainkan bahwa masing-masing memiliki fungsi dan tanggung jawab yang berbeda.
Wilson ingin agar pegawai administrasi tidak ikut bermain dalam politik, tetapi tetap menjalankan kebijakan politik secara efektif dan profesional.
2.4 Kritik terhadap Pemikiran Wilson
Meskipun pemikiran Wilson dianggap revolusioner, beberapa tokoh kemudian mengkritiknya:
-
Dwight Waldo (1948) menilai bahwa administrasi tidak mungkin sepenuhnya bebas nilai; dalam praktiknya, keputusan administratif selalu memiliki dimensi politik dan moral.
-
Herbert Simon (1947) berpendapat bahwa keputusan administratif selalu melibatkan pertimbangan rasional dan nilai subjektif, sehingga sulit dipisahkan secara mutlak dari politik.
Meskipun begitu, ide Wilson tetap menjadi dasar penting bagi pengembangan ilmu administrasi publik modern.
2.5 Relevansi Pemikiran Woodrow Wilson di Era Modern
Pemikiran Wilson masih sangat relevan hingga saat ini, terutama dalam konteks birokrasi yang menuntut:
-
Profesionalisme dan merit system dalam rekrutmen aparatur negara.
-
Peningkatan efisiensi dan transparansi di lembaga pemerintahan.
-
Pemanfaatan teknologi digital untuk mendukung tata kelola yang efektif (e-government).
-
Netralitas ASN dari kepentingan politik praktis.
Meskipun dunia modern lebih menekankan governance yang kolaboratif, gagasan dasar Wilson tentang efisiensi dan integritas birokrasi tetap menjadi fondasi bagi pembangunan administrasi yang baik (good governance).
BAB III – PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karya “The Study of Administration” karya Woodrow Wilson menandai kelahiran ilmu administrasi publik sebagai bidang ilmiah yang berdiri sendiri. Wilson menekankan pentingnya efisiensi, profesionalisme, dan pemisahan antara politik dan administrasi agar pemerintahan dapat berjalan efektif dan bebas dari kepentingan pribadi.
Walaupun teori Wilson mendapat kritik karena dianggap terlalu menekankan netralitas nilai, gagasannya tetap menjadi pondasi utama dalam membangun sistem administrasi modern yang rasional, transparan, dan akuntabel.
3.2 Saran
Mahasiswa dan praktisi administrasi perlu memahami bahwa administrasi bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menyangkut etika dan tanggung jawab moral. Semangat efisiensi ala Wilson hendaknya diimbangi dengan nilai-nilai keadilan, demokrasi, dan kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
-
Wilson, Woodrow. (1887). The Study of Administration. Political Science Quarterly, Vol. 2, No. 2.
-
Waldo, Dwight. (1948). The Administrative State: A Study of the Political Theory of American Public Administration. New York: Holmes & Meier.
-
Siagian, S.P. (2008). Filsafat Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.
-
Simon, Herbert A. (1947). Administrative Behavior. New York: Free Press.
-
Thoha, Miftah. (2012). Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Yogyakarta: Kencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar