Senin, 18 Juli 2022

PENGALAMAN TERBAIK MENJADI GURU DALAM UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru dewasa ini berkembang sesuai dengan fungsinya, membina untuk mencapai tujuan pendidikan. Lebih-lebih dalam sistem sekolah sekarang ini, masalah pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan tenaga pengajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bagaimanapun baiknya kurikulum, administrasi, dan fasilitas perlengkapan, kalau tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas guru-gurunya tidak akan membawa hasil yang diharapkan. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untukk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Salah satu tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di sekolah adalah memberikan pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Melalui bidang pendidikan, guru mempengaruhi aspek kehidupan, baik sosial, budaya maupun ekonomi. Dalam keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor utama yang bertugas sebagai pendidik. Guru memegang berbagai jenis peranan yang mau tidak mau harus dilaksanakannya sebagai guru. Peran guru ini antara lain meliputi guru sebagai pendidik pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru sebagai peneliti dan masih banyak lagi. Untuk lebih memahami masing-masing peran tersebut kami menjelaskan beberapa peran guru dalam makalah ini yaitu guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaharu, model dan teladan, pribadi dan guru sebagai peneliti. BAB II PEMBAHASAN A. Guru Sebagai Pendidik Mendidik berarti mentransfer nilai-nilai kepada siswanya. Nilai-nilai tersebut harus diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari. Mendidik dapat diartikan pula dengan mengantarkan anak didik agar menemukan dirinya, menemukan kemanusiaannya. Selain itu mendidik dapat berarti memanusiakan manusia. Dengan demikian secara esensial dalam proses pendidikan, guru itu bukan hanya berperan sebagai pengajar yang transfer of knowledge tetapi juga pendidik yang transfer of values. Ia bukan hanya pembawa ilmu pengetahuan akan tetapi juga menjadi contoh seorang pribadi manusia. Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat, maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru. Pekerjaan sebagai guru adalah pekerjaan yang mulia, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan negara maupun dari keagamaan. Tugas seorang guru tidak hanya mendidik. Oleh karena itu, untuk melaksanakan tugas sebagai guru tidak sembarang orang dapat menjalankannya. Sebagai guru yang baik harus memenuhi syarat, yang ada dalam Undang-Undang nomor 12 tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh Indonesia, yaitu: (1) Berijazah, (2) Sehat jasmani dan rohani, (3) Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik, (4) Bertanggung jawab, dan (5) Berjiwa nasional. Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi teretentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, moral dan social serta berusaha dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Seorang guru yang berwibawa adalah guru yang memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral, social dan intelektual dalam pribadinya. Seorang guru yang mandiri adalah guru yang mampu mengambil keputusan secara mandiri, terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. Sedangkan guru yang disiplin adalah guru yang mematuhi peraturan dan tata tertib secara konsisten, atas kesadaran professional.( Mulyasa, 2008: 37) Seorang guru dikatakan sebagai guru tidak cukup “ tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “ kepribadian guru” dengan segala cirri tingkat kedewasaannya. Dengan kata lain bahwa untuk menjadi pendidik atau guru, seseorang harus berpribadi. Tugas pendidik adalah sebagai teladan bagi siswa. Sukses tidaknya seorang pendidik adalah dilihat dari hasil didikan seorang pendidik. Pendidik yang sukses akan mengikat peserta didik dengan nilai-nilai universal dan menjauhkan peserta didik dari pengaruh budaya dan pemikiran yang merusak. Sebagai seorang guru yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan kepribadian, guru dituntut memiliki kepribadian ideal yang patut untuk dicontoh. Peserta didik tidak akan mudah untuk tergugah hati dan pikiran atas ajaran pendidik, bila tidak melihat bukti aktualisasinya pada diri pendidik. Sebagai contoh siswa tidak akan disiplin dalam mengikuti pelajaran guru yang sering terlambat masuk dan memulai pelajaran. Guru memang seorang pendidik sebab dalam pekerjaannya ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. Mendidik sikap mental seseorang tidak cukup hanya mengajarkan sesuatu pengetahuan, tetapi bagaimana pengetahuan itu harus dididikkan, dengan guru sebagai idolanya. Dengan mendidikkan dan menanamkan nilai-nilai yang terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan contoh-contoh teladan dari sikap dan tingkah laku gurunya, diharapkan anak didik atau siswa dapat menghayati dan kemudian menjadikan miliknya sehingga dapat menumbuhkan sikap mental. Sebagai seorang pendidik, guru harus memenuhi syarat khusus. Untuk mengajar ia dibekali dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seprangkat latihan keterampilan keguruan, dan pada kondisi itu pula, ia belajar mempersonalisasikan beberapa sikap keguruan yang diperlukan. Semuanya itu akan menyatu dalam diri seorang berpribadi khusus, yakni ramuan dari pengetahuan, sikap dan keterampilan keguruan serta penguasaan beberapa ilmu pengetahuan yang akan ia trnsforrmasikan pada anak didik atau siswanya, sehingga mampu membawa perubahan di dalam tingkah laku siswa itu. Tugas utama pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis, social dan moral. Dewasa secara psikologis berarti individu telah bisa berdiri sendiri, tidak bergantung pada orang lain, juga telah mampu bertanggung jawab atas perbuatannya, mampu bersikap objektif. Dewasa secara social berarti telah mampu menjalin hubungan social dan kerja sama dengan orang dewasa lainnya, telah mampu melaksanakan peran-peran social. Dewasa secara moral yaitu telah memiliki seperangkat nilai yang ia akui kebenarannya, ia pegang teguh dan mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang menjadi pegangannya. (Sukmadinata, 2004 : 252) Seorang guru memiliki psikologi dan karakter yang berbeda. Ada yang bersifat penyayang, pemarah, diktaktor dan lain-lain. Terkadang guru memiliki masalah baik pribadi atau pun dengan lingkungan sehingga secara tidak langsung terkadang masalah tersebut dapat terbawa didalam kelas. Seorang guru yang memiliki sifat pemarah akan lebih mudah membawa masalah pribadinya didalam kelas sehingga secara tidak langsung akan berdampak pada siswanya. Sebagai seorang guru haruslah memiliki sikap profesionalisme sehingga guru dapat mengontrol emosinya dan tidak mencampuradukan urusan diluar kelas dan didalam kelas. B. Guru Sebagai Pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempeljari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. (Mulyasa, 2008: 38) Guru sebagai pengajar atau penyampai ilmu pengetahuan masih cenderung menonjol. Hal ini berarti bahwa guru pada umumya akan memberikan criteria keberhasilan anak didiknya melalui nilai-nilai pelajaran yang diajarkan setiap harinya, serta kurang memperhatikan sikap dan tingkah laku anak sehari-harinya. Dalam kaitan ini berarti guru disifati sebagai seorang yang hanya lebih dan tinggi soal ilmu pengetahuan saja Lebih dalam lagi keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Sebagai seorang pengajar guru harus mampu membina hubungan yang baik dengan peserta didik dan keterampilan guru saat berkomunikasi di dalam kelas pun merupakan sifat seorang yang harus dimiliki guru sebagai pengajar. Dengan terpenuhinya factor-faktor diatas maka peserta didik dapat belajar dengan baik. (Mulyasa, 2008: 39) Sebagai pengajar guru harus memiliki tujuan yang jelas, membuat keputusan secara rasional agar peserta didik memahami keterampilan yang dituntut oleh pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut perlu dibina hubungan yang positif antara guru dengan peserta didik. Hubungan ini menyangkut bagaimana guru merasakan apa yang dirasakan peserta didiknya dalam pembelajaran, serta bagaimana peserta didik merasakan apa yang dirasakan gurunya. Sebaiknya guru mengetahui bagaimana peserta didik memandangnya karena hal tersebut sangat penting dalam pembelajaran, baik di sekolah maupun luar sekolah.( Mulyasa, 2008: 40) Sebagai pengajar profesional mengajar yang baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan metedologi belajar siswa. Salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan di sekolah adalah memberikan layanan kepada siswa adalah agar mereka menjadi anak didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru harus memberikan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik dengan rasa tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi. Terdapat beberapa hal yang dapat / perlu dilakukan guru dalam pembelajaran yakni: 1.Membuat ilustrasi 2.Medefinisikan 3.Menganalisis 4.Mensintesis 5.Bertanya 6.Merespon 7.Mendengar 8.Menciptakan kepercayaan 9.Memberikan pandangan yang bervariasi 10.Menyesuaikan metode pembelajaran dengan situasi dan keadaan kelas 11.Mengevaluasi hasil belajar siswa. Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. Pada waktu menyampaikan pengetahuan tidak mungkin terlepas dari upaya mendewasakan anak, dan upaya mendewasakan anak tidak mungkin dilepaskan dari mengajar( menyampaikan pengetahuan dll). Dengan demikian peran guru sebagai pendidik dan pengajar tidak mungkin dipisahkan(sukmadinata, 2004 : 253 ) Peran guru merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam melakukan tranformasi ilmu serta internalisasi etika dan moral. Seorang guru yang profesional harus mampu memiliki persyarakatan minimal antara lain, memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuni, memiliki kemampuan komunikasi yang baik dengan anak didiknya, memiliki jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya dan melakukan pengembangan diri secara terus menerus ( Continous improvemen ) melalui organisasi profesi, internet, buku, seminar ( Sidi. 2002: 39 ). Dengan demikian tugas guru bukan lagi sebagai knowledge base tetapi sebagai competency based, yang menekankan pada penguasaan secara optimal konsep keilmuan dan perekayasaan yang berdasarkan nilai- nilai etika dan moral . Dengan profesionalisasi guru, saat ini guru bukan lagi sebagai pengajar tetapi tugas guru beralih menjadi Coach, Conselor dan learning manager. Sebagai coach, seorang guru harus mampu mendorong siswanya untuk menguasai konsep-konsep keilmuan, memotivasi untuk mencapai prestasi siswa setinggi-tingginya serta membantu untuk menghargai nilai-nilai dan konsep-konsep keilmuan. Sebagai conselor, guru berperan sebagai sahabat dan teladan dalam pribadi siswa serta mengundang rasa hormat dan keakraban pada diri siswa. Sebagai manager, guru membimbing siswanya untuk belajar, mengambil prakarsa dan mengekspresikan ide-ide baik yang dimilikinya. Dengan demikian, diharapkan siswa mampu mengembangkan kreativitas dan mendorong adanya penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga siswa mampu bersaing dengan bangsa lain di dunia. C. Guru Sebagai Pembimbing Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Bimbingan dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kegiatan menuntun anak didik dalam perkembangannya dengan jalan memberikan lingkungan dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sebagai guru harus membimbing dalam arti menuntun sesuai dengan kaidah yang baik dan mengarahkan perkembangan anak didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan, termasuk dalam hal ini, yang penting ikut memecahkan persoalan-persoalan atau kesulitan yang dihadapi anak didik. Dengan demikian diharapkan dapat menciptakan perkembangan yang lebih baik pada diri siswa, baik perkembangan fisik maupun mental. Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang dibimbingnya Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka. 2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya. 3. Guru seyogyanya dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi. 4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas. 5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya. Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing, minimal ada 2 fungsi yaitu fungsi moral dan fungsi kedinasan. Tinjauan secara umum, guru dengan segala peranannya akan kelihatan lebih menonjol fungsi moralnya, sebab walaupun dalam situasi kedinasan pun guru tidak dapat melepaskan fungsi moralnya. Oleh karena itu guru sebagai pendidik dan pembimbing juga diwarnai oleh fungsi moral itu, yakni dengan wujud bekerja secara sukarela tanpa pamrih dan semata-mata demi panggilan hati nurani. (Sadirman,1990) Sebagai pembimbing, guru perlu memiliki pemahaman yang seksama tentang para siswanya, memahami segala potensi dan kelemahannya, masalah dan kesulitan-kesulitannya, dengan segala latar belakangnya. (Sadirman,1990) Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus : 1. Mengumpulkan data tentang siswa 2. Mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari 3. Mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus 4. Mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orangtua siswa baik secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak 5. Bekerja sama dengan masyarakat dan lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa 6. Membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkannya dengan baiK 7. Menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu 8. Bekerja sama dengan petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa 9. Menyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimbingan lainnya 10. Meneliti kemajuan siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah. Berdasarkan uraian di atas maka jelaslah bahwa peran guru baik sebagai pengajar maupun sebagai pembimbing pada hakekatnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain, kedua peran tersebut harus dilaksanakan secara berkesinambungan dan sekaligus merupakan keterpaduan. D. Guru Sebagai Pelatih Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Latihan yang dilakukan selain harus memperhatikan kompetensi dasar atau materi standar, juga harus memperhatikan perbedaan kecerdasan individu peserta didik. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi, karena tanpa latihan seorang pesrta didik tidak akan mampu menunjukkan penguasaan kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan sesuai dengan materi standar. Dalam hal ini guru dituntut harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal, dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin. Benar bahwa guru tidak dapat mengetahui sebanyak yang harus diketahui, tetapi dibanding orang yang belajar bersamanya dalam bidang tertentu yang menjadi tanggung jawabnya, guru harus lebih banyak tahu. Meskipun demikian, tidak mustahil kalau suatu ketika menghadapi kenyataan bahwa guru tidak tahu sesuatu yang seharusnya tahu. Dalam keadaan demikian, guru harus berani berkata jujur, dan berkata “ saya tidak tahu”, kebenaran adalah sesuatu yang amat mulia, namun jika guru terlalu banyak berkata “ saya tidak tahu” maka bukanlah guru yang profesional. Untuk itu guru harus selalu belajar, belajar sepanjang hayat, dan belajar adalah sesuatu yang tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Guru berperan sebagai pelatih bertugas untuk melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. Pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, berintelektual maupun motorik sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih.(Mulyasa,2005;42) Pelaksanaan fugsi ini tidak harus mengalahkan fungsi lain, guru tetap sadar walaupun tahu, tidak harus memberitahukan semua yang diketahinya. Secara didaktis, guru menciptakan situasi agar peserta didik berusaha menemukan sendiri apa yang seharusnya diketahui. Guru harus menahan emosinya untuk menjawab semua pertanyaan yang ditujukan kepadanya, sehingga kewenangan yang dimiliki tidak membunuh kreativitas peserta didik. Guru sebagai pelatih juga berperan dalam melatih siswa untuk memiliki kedisiplinan yang tinggi, keterampilan yang bermanfaaat, mandiri, berpikif kritis, dan lain-lain. E. Guru Sebagai Penasehat Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. (Mulyasa,2005;43.). Banyak guru cenderung menganggap bahwa konseling terlalu banyak membicarakan klien, seakan-akan berusaha mengatur kehidupan orang, dan oleh karenanya mereka tidak senang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi guru pada tingkat manapun berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran pun meletakkan pada posisi tersebut. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu kepada guru sebagai orang kepercayaannya. Semakin efektif guru menangani setiap permasalahan, semakin banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan kepercayaan diri. Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaaan bagi peserta didiknya. Setiap saat peserta didik selalu dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang berkaitan dengan penguasaan kompetensi. Untuk menjadi orang kepercyaan peserta didik, guru harus menjadi pendengar yang baik (Saondi dan Suherman,2010;150). Carl Rogers, seorang pakar di bidang psikologi pernah berkata bahwa penghalang terbesar untuk melakukan komunikasi pribadi adalah ketidaksanggupan seseorang untuk mendengarkan dengan baik, penuh pengertian dan perhatian kepada orang lain. Jika guru diberi tugas untuk membimbing dan melatih seseorang maka hal ini merupakan satu hal terpenting yang harus diingat. Ketika guru sedang berbicara dengan siswanya, jagalah agar guru tidak terlalu banyak bicara, melainkan lebih banyak mendengarkan keluhan dan masukan dari siswa anda. Kesediaan untuk mendengar, akan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan keinginan dan pendapatnya. Dengan mendengar, berarti memperhatikannya, seorang guru mempunyai suatu perhatian yang konstruktif mengenai masalah yang dihadapi siswanya, dimana seorang guru mempunyai alternatif solusi yang dibutuhkan siswa tersebut. Dengan demikian akan tercipta rasa aman dan nyaman, sehingga siswa akan terbuka untuk menerima saran-saran yang diberikan oleh gurunya. Selain itu, mendengarkan siswa yang sedang berbicara tentang dirinya merupakan jalan terbaik untuk mengenal lebih jauh siapa dan bagaimana siswa kita tersebut. Meskipun demikian, mendengarkan tidak selalu berarti bahwa guru percaya terhadap segala sesuatu yang diceritakan oleh siswa. Untuk menjadi pendengar yang baik dibutuhkan kesabaran dan kerendahan hati. Peran guru sebagia penasehat erat hubungannya dengan istilah bimbingan. Istilah bimbingan sering dirangkai dengan konseling. Menurut Robinson (M.Suryo dan Rochman N. ,1986:25) Konseling adalah semua bentuk hubungan yang berkesinambungan antara dua orang, di mana yang seorang, yaitu klien dibantu untuk lebih mampu menyesuaikan diri secara efektif terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. Menurut Bimo Walgito (1982;11) dalam buku Profesi Keguruan, menyatakan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan individu yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. Bimbingan yang diberikan kepada peserta didik bersifat sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan. Tujuan bimbingan adalah membantu siswa menjadi lebih matang dan lebih mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa maju dengan cara yang lebih positif, membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber dan potensi dirinya sendiri. Disisi lain peserta didik adalah sosok yang senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan. Selain itu juga kadang ada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar. Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar kadang-kadang ada yang mengerti bahwa dia mempunyai masalah tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya, dan ada juga yang tidak mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan dalam menyelesaikan masalahnya itu (Soetjipto dan Raflis Kosas,2009;67). Kondisi ini membuat peserta didik menjadi bingung, terombang ambing, bahkan dapat berbuat tidak wajar yang akhirnya dapat merugikan peserta didik itu sendiri. Kondisi seperti inilah dibutuhkan peran guru sebagai penasehat kepercayaan dalam pembelajaran. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan, dan penasehat secara lebih mendalam, guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental. Selain itu juga menurut Ondi Saondi dan Aris Suherman (2010;151), seorang guru harus mengenali siswanya. Sebagai guru, kita harus mengetahui kesanggupan dan bakat-bakat siswa serta menolong mereka untuk menggunakan kemampuannya untuk disalurkan dalam proses pembelajaran di kelas. Guru juga dituntut untuk mendorong usaha-usaha perbaikan diri siswa, mengerti kebutuhan dan keinginan mereka. Sebagai contoh, guru harus dapat membedakan apakah siswa kita tertarik pada tantangan. Jika guru dapat mengidentifikasi hal ini, maka akan lebih mudah bagi guru untuk mengarahkan dan memotivasi siswa. Beberapa guru merasa takut untuk mengenal lebih dekat siswanya karena dengan kedekatannya itu maka guru akan menjadi terlalu lunak dan salah menilai prestasi siswanya. Pendapat semacam itu sebenarnya merupakan sustu kekeliruan karena mengenali seseorang dan menghargai kepribadian serta keunikan yang dimilikinya tidaklah berarti bahwa guru tidak menuntut siswanya untuk bekerja dengan sebaik-baiknya sesuai dengan aturan yang berlaku. Di antara makhluk hidup di planet ini, manusia merupakan makhluk yang unik, dan sifat-sifatnya pun berkembang secara unik pula. Menjadi apa dia, sangat dipengaruhi pengalaman, lingkungan dan pendidikan. Untuk menjadi manusia dewasa, manusia harus belajar dari lingkungan selama hidup dengan menggunakan kekuatan dan kelemahannya. Pendekatan psikologi dan mental yang sehat akan banyak menolong guru dalam menjalankan fungsinya sebagai penasehat, yang telah banyak dikenal bahwa guru banyak membantu peserta didik untuk dapat membuat keputusan sendiri. Dalam aktivitas pembelajaran selalu saja ada kejadian-kejadian khusus yang dapat dijadikan bahan atau contoh untuk membangun semangat belajar siswa. Gunakan keberhasilan ataupun kegagalan tersebut sebagai bahan pembelajaran. Dalam menyikapi kegagalan, carilah alternatif solusi bersama-sama, usahakan banyak ide yang banyak diutarakan dan jangan sekali-kali mematahkan semangat siswa karena apabila semangatnya patah, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Sebagai guru, guru harus jeli memanfaatkan peristiwa yang ada untuk mengarahkan siswa dalam memahami dan menghadapi realitas kehidupan. Sebagai penasehat, guru juga harus mempunyai batasan-batasannya. Guru tidak dapat mengubah semua hal sesuai dengan keinginan dirinya. Guru harus menyadari bahwa dirinya bukanlah dokter bedah otak yang dapat mengoperasi setiap orang sesuka hatinya. Guru juga bukanlah pendeta bagi siswanya dan juga bukan ahli psikologi yang dapat menyembuhkan berbagai masalah psikologi siswanya. Ingatlah bahwasanya ada tiga jalan yang fundamental untuk mengubah seseorang, yaitu tobat keagamaan, psikoterapi dan operasi otak. BAB III PENUTUP A. kesimpulan Guru adalah figur pemimpin yang dalam batas-batas tertentu dapat mengendalikan para muridnya. Guru adalah penentu keberhasilan siswanya. Guru memiliki peluang menentukan untuk membangun sikap hidup atau kepribadian anak didiknya sehingga dapat berguna bagi dirinya dan keluarganya kelak. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya : 1. Guru sebagai pendidik adalah ia tidak hanya mengajar seseorang agar tahu beberapa hal, tetapi guru juga melatihkan beberapa keterampilan dan terutama sikap mental anak didik. 2. Guru sebagai pengajar adalah guru membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotor, melalui menyampaikan pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. 3. Guru sebagai pembimbing adalah guru membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif. 4. Guru sebagai pelatih. Peran guru sebagai pelatih bertugas untuk melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar, sesuai dengan potensi masing-masing. 5. Guru sebagai penasehat. Menjadi guru berarti menjadi penasehat dan menjadi orang kepercayaaan bagi peserta didiknya. Setiap saat peserta didik selalu dihadapkan dengan masalah, terutama masalah yang berkaitan dengan penguasaan kompetensi. DAFTAR PUSTAKA Aqip, Zainal.2003. Karya tulis ilmiah bagi guru pengembangan Profesi Guru. Bandung: Irama Widya Djohar. 1996. Pendidikan Sains. FPMIPA IKIP Yogyakarta Pidarta, Made. 2004. Managemen Pendidikan Indonesia . Jakarta: Reneka cipta E.Mulyasa,. Mejadi guru professional, (bandung:pt remaja rosdakarya,2008) Mergana, Purba, Supriadi., 2012. Negeri Tanda Tanya. Jakarta-Indonesia.Kesaint blanc., http://regional.kompasiana.com/2013/01/23/globalisasi-perilaku-moralitas-para-remaja-jaman-sekarang-522167.html Duska, Ronald; M. Whelan (1982). Perkembangan Moral: Perkenalan dengan Piaget dan Kohlberg, Terjemahan Dwija Atmaka. Yogyakarta: Kanisius. http://my.opera.com/lareompong/blog/2011/05/11/pola-fikir-dan-moralitas-remaja-di-era-globalisasi Sidi, Indrajati. 2003. menuju Masyarakat Belajar Menggagas Paradigma Baru Pendidikan. Jakarta: Paramadina Soekarto, Karti. 1995. Teknologi Pembelajaran. SIC IKIP Surabaya Supeno, Hadi. 1997. Potret Guru. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Supriadi, Dedi. 1998. mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa Usman, Muh uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jangan ganggu rumah tangga orang